kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja ELSA terhambat Bank Mega


Senin, 28 Mei 2012 / 11:12 WIB
Kinerja ELSA terhambat Bank Mega
ILUSTRASI. PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) yang bergerak di industri pengolahan kayu seperti produksi kayu lapis.


Reporter: Anna Suci Perwitasari |

JAKARTA. Masih tertahannya dana sebesar Rp 111 miliar milik PT Elnusa Tbk (ELSA) di PT Bank Mega Tbk (MEGA) ternyata menghambat kinerja perusahaan tahun ini. Meski demikian, manajemen mengaku masih berusaha agar target kinerja perusahaan yang telah ditetapkan sejak awal tahun tetap dapat direalisasikan sesuai rencana.

“Kami meyakini bahwa kinerja perusahaan masih tetap akan bisa tumbuh dibanding realisasi tahun lalu. Namun dengan dana kami yang masih tertahan di Bank Mega, jelas porsi pertumbuhan kami di tahun ini menjadi terhambat dibandingkan yang seharusnya,” terang Vice President Corporate Legal ELSA Imansyah Syamsuddin dalam rilis Senin (28/5).

Proyeksi bakal menyusutnya porsi pertumbuhan kinerja ELSA dilatar belakangi karena dana tersebut seharusnya bisa dialokasikan untuk mengerjakan sejumlah proyek. Selain itu perusahaan pun perlu mencari tambahan pendanaan melalui berbagai opsi yang cepat dan murah, seperti melakukan pembayaran kembali (refinancing) terhadap utang-utang perusahaan.

“Dengan berbagai proyek yang kami dapatkan, perusahaan jelas membutuhkan cash flow dengan cepat. Tidak bisa menunggu lama. Untuk proyek hulu yang berada di darat saja, misalnya, kami harus mengeluarkan dana investasi sebesar US$ 30.000 sampai US$ 60.000 per hari,” ungkap Imansyah.

Belum lagi untuk proyek offshore, ELSA bahkan harus merogoh kocek sebesar US$ 90.000 hingga US$ 120.000 per hari. Dengan kebutuhan dana tersebut banyak proyek yang seharusnya bisa diambil oleh perusahaan namun gagal dilaksanakan lantaran ketiadaan dana.

“Jadi kan kalau tiap proyek pembayarannya bisa baru dilakukan setelah tiga atau enam bulan kerja. Bayar di belakang. Jadi akhirnya banyak proyek yang seharusnya bisa kami ambil, tapi tidak bisa diambil,” pungkas Imansyah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×