CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.899   -39,00   -0,25%
  • IDX 7.217   2,50   0,03%
  • KOMPAS100 1.104   1,13   0,10%
  • LQ45 878   2,34   0,27%
  • ISSI 218   -0,10   -0,05%
  • IDX30 449   1,31   0,29%
  • IDXHIDIV20 542   2,10   0,39%
  • IDX80 127   0,15   0,12%
  • IDXV30 136   0,61   0,45%
  • IDXQ30 150   0,28   0,18%

Kecelakaan kerja berefek sementara pada emiten konstruksi


Kamis, 08 Februari 2018 / 20:38 WIB
Kecelakaan kerja berefek sementara pada emiten konstruksi
ILUSTRASI. Girder roboh pada proyek jalan tol


Reporter: Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski sejumlah insiden kecelakan kerja di berbagai proyek infrastruktur sempat menimpa beberapa emiten konstruksi, analis tetap optimistis kinerja emiten konstruksi masih cemerlang tahun ini.

Sejak Agustus 2017, tercatat 12 kecelakaan kerja di sejumlah proyek infrastruktur, serta satu musibah runtuhnya terowongan di kawasan Bandara Soekarno-Hatta. Dari total 13 kecelakaan tersebut, sembilan diantaranya terjadi pada proyek yang dikerjakan emiten BUMN karya. Sementara satu lainnya, yaitu proyek pembangunan apartemen Pakubuwono Spring, Jakarta, dikerjakan oleh emiten konstruksi swasta, PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL).

Namun, Head of Research Infinitum Advisory Agustini Hamid menilai, kecelakaan yang terjadi secara bertubi-tubi selama beberapa bulan terakhir ini, hanya akan berpengaruh sementara pada saham emiten konstruksi. "Sebab, kecelakaan-kecelakaan tersebut tidak terduga atau force majeure sehingga hanya akan jadi sentimen negatif sementara saja," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (8/2).

Buktinya, saham-saham konstruksi masih bisa memberikan return yang cukup tinggi. Sektor konstruksi tercatat sudah memberikan return sebesar 7,14% year-to-date (ytd), tertinggi kedua setelah sektor tambang yang memberikan return sebesar 21,73% ytd.

Secara fundamental, kecelakaan ini bisa saja berpengaruh terhadap bisnis emiten konstruksi. Namun untuk mengetahui hal ini,  pelaku pasar harus menunggu laporan keuangan emiten konstruksi terkait. "Dari situ baru bisa ketahuan apakah kecelakaan kerja tersebut membuat mereka mengeluarkan biaya tambahan untuk perbaikan atau tidak," papar Agustini.

Di sisi lain, saham sektor konstruksi diprediksi masih akan terus tumbuh hingga akhir tahun nanti. Perhelatan Pilkada serentak yang diadakan tahun ini dan semakin dekatnya Pilpres 2019, membuat pemerintah, baik pusat maupun daerah, akan menggenjot pembangunan infrastruktur. Efeknya, kinerja emiten konstruksi berpotensi terangkat di tahun ini.

Meski begitu, masalah arus kas yang sempat terhambat di tahun lalu, masih akan menghantui emiten konstruksi, terutama yang berpelat merah. Model bisnis konstruksi yang biasanya baru akan memperoleh pembayaran usai proyek selesai, berpotensi membuat arus kas emiten konstruksi kembali memerah. Meski begitu, pemerintah selaku klien sudah mulai mengatur strategi supaya hal ini tak lagi terulang.

"Misalnya dengan menggenjot penerimaan pajak, merencanakan tax amnesty jilid II, serta menggunakan subsidi yang dialihkan untuk menutup minusnya arus kas emiten konstruksi supaya tidak terulang lagi tahun ini," papar Agustini.

Sedangkan, bagi emiten konstruksi swasta, sentimen arus kas ini tak berpengaruh. Sifat mereka yang cukup konservatif dalam mengambil proyek serta posisi keuangan yang cukup solid, tak membuat kontraktor swasta dihantui sentimen negatif yang sama seperti emiten BUMN karya.

Agustini melihat saham TOTL cukup menarik untuk saham konstruksi swasta. Sementara untuk pelat merah, ia memilih PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Waskita Beton Tbk (WTON), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×