Reporter: Widiyanto Purnomo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kabar baik datang ke industri ritel modern. Salah satu poin deregulasi yang masuk agenda pemerintah adalah melonggarkan izin pendirian gerai ritel modern di daerah. Salah satunya, Kementerian Perdagangan akan merevisi Surat Edaran Menteri Perdagangan No 1310/2014 tentang Perizinan Toko Modern.
Revisi tersebut bertujuan mempermudah pendirian toko modern di daerah yang belum memiliki Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Boleh jadi, deregulasi ini klop dengan agenda ekspansi PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (lihat pula halaman 15). Kini, emiten ritel yang mengusung gerai Alfamart ini tengah memburu pendanaan untuk membiayai ekspansinya.
Belum lama ini, emiten berkode saham AMRT itu meraih pinjaman jangka pendek bersifat uncommitted, advised dan revolving senilai Rp 1 triliun. "Tujuan fasilitas pinjaman ini untuk pendanaan modal kerja," ujar Tomin Widian, Direktur Keuangan merangkap Sekretaris Perusahaan AMRT beberapa waktu lalu. Pinjaman yang akan jatuh tempo pada Juni 2016 merupakan pinjaman dari Bank Mandiri.
Sebelumnya, AMRT mengantongi Rp 1,54 triliun dari penawaran umum terbatas tanpa hak memesan efek terlebih dahulu atau private placement. AMRT menggunakan dana hasil private placement untuk membayar utang ke pihak ketiga.
Menurut Kepala Riset First Asia Capital, David Nathanael Sutyanto, debt to equity ratio (DER) AMRT dengan asumsi pinjamannya naik menjadi 2,9 kali, naik dari sebelumnya 2,7 kali. DER ini tergolong besar. Namun, jika dilihat sejak 2013, DER AMRT selalu berada di atas 3 kali. DER Sumber Alfaria berkurang berkat aksi private placement.
Jadi, DER sebesar 2,9 ini masih tergolong wajar untuk AMRT. AMRT menyiapkan sejumlah agenda ekspansi demi menangkal efek perlambatan ekonomi tahun ini. Langkah ini sekaligus untuk menjaga pertumbuhan bisnis perusahaan agar tetap positif. AMRT akan menambah sekitar 500-600 gerai pada semester II 2015. Sampai semester I, perseroan menambah 500 gerai.
Untuk merambah pasar luar negeri, Sumber Alfaria akan menambah 100 gerai Alfamart di Filipina pada semester II tahun ini. Ihwal kemudahan izin bagi ritel modern, Managing Partner Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, berharap pemerintah memperjelas agenda tersebut. "Perlu disebutkan juga izin sementara ini masih berlaku atau tidak jika RTDR terbit," imbuhnya.
Analis RHB OSK Securities Andrey Wijaya melihat AMRT kian gencar memperluas jaringan di Luar Jawa. Misalnya di Sulawesi, Sumatra, Bali dan Kalimantan. Tapi, mayoritas lokasi tetap di Jawa. AMRT kini menguasai 51% pangsa pasar. Ini sudah termasuk pangsa pasar Alfa Midi. Sedangkan Indomaret memiliki 45% pangsa pasar. Meski persaingan semakin ketat, analis sepakat bisnis AMRT masih bisa tumbuh.
Menurut David, tahun ini pendapatan AMRT dapat tumbuh 10%. Labanya akan menurun sekitar 20%-30%. David merekomendasikan netral saham AMRT dengan target harga Rp 550 per saham. Kiswoyo merekomendasikan hold dengan target harga Rp 600. Lalu, Analis HSBC Permada Darmono merekomendasikan hold dengan target harga Rp 660. Kemarin saham AMRT turun 0,86% di harga Rp 575 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News