kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IPO Trimitra, koleksi jangka panjang


Senin, 13 Agustus 2018 / 06:40 WIB
IPO Trimitra, koleksi jangka panjang
ILUSTRASI. Apartemen The Canary Serpong


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satu lagi perusahaan properti membidik pendanaan di pasar modal. PT Trimitra Propertindo Tbk menggelar penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO). 

Perusahaan ini akan melepas 773,3 juta saham dengan harga perdana dipatok Rp 390 per saham. Masa penawaran umum dimulai sejak Jumat (10/8) hingga Selasa (14/10).

Rencananya, saham Trimitra akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 23 Agustus mendatang. Pada hajatan ini, UOB Kay Hian Sekuritas bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

Bagaimana kans saham IPO ini? Sebagai gambaran, sepanjang year to date, kinerja saham properti di bursa domestik sejatinya loyo. Ini tercermin dari indeks sektor properti, real estate dan konstruksi yang minus 7,84%.

Uniknya, harga sejumlah saham properti yang melantai tahun ini justru melejit. Lihat saja, saham PT Jaya Sukses Makmur Tbk (RISE), PT Pollux Properti Indonesia Tbk (POLL) dan PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM)

Sejak listing 27 April hingga Jumat (10/8), saham DFAM sudah melonjak 865% ke level Rp  1.110 per saham. Senada, RISE sejak melantai pada 9 Juli lalu sudah naik 246% menjadi Rp 565. Teranyar, saham POLL yang listing 11 Juli telah melesat 225% ke Rp 2.000.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, secara umum, saham properti masih kurang dilirik. Apalagi dengan kenaikan suku bunga dan  perlambatan pertumbuhan sektor properti. Jadi, valuasi sahamnya menurun.

Harga sejumlah saham properti melejit saat penawaran perdana disinyalir lebih karena efek IPO. Selain itu, ada ekspektasi positif pelaku pasar terhadap pelonggaran batas uang muka kredit atau loan to value (LTV) properti.

Tapi, kata Hans, keringanan uang muka tak lantas membuat saham-saham  properti jadi menjanjikan. Apalagi dengan harga jual properti yang cukup mahal dan tak diimbangi dengan daya beli masyarakat. Menurut Hans, properti menengah ke bawah dan proyek transit oriented development (TOD) lebih diminati.

Hans melihat, 2016-2017 adalah tahun buruk bagi properti. Tahun ini, properti memperlihatkan pertumbuhan, namun masih lambat.

Itu sebabnya, Hans menyarankan, jika investor berminat membeli, sebaiknya dipegang untuk jangka waktu agak panjang. "Setidaknya tiga tahun sampai kondisi properti benar-benar pulih," saran dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×