kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor lokal menjadi tuan di bursa sendiri


Kamis, 19 Oktober 2017 / 12:49 WIB
Investor lokal menjadi tuan di bursa sendiri


Reporter: Chindy Puri, Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga tahun terakhir, jagat pasar modal Indonesia menggeliat. Di era Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, sejumlah indikator pasar modal dalam negeri tampak positif.

Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, hingga akhir September 2017, jumlah investor lokal di pasar modal Indonesia mencapai 1,06 juta Single Investor Identification (SID). Jumlah ini naik 192% dibanding dengan tahun 2014 yang sebanyak 364.465 investor.

Di periode yang sama, nilai kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tumbuh 25% menjadi Rp 6.533,42 triliun. Hal ini seirama laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menembus level 5.900-an. Dalam tiga tahun terakhir pula IHSG naik 13%.

Meski begitu, masih ada sejumlah hal yang perlu dibenahi agar pasar modal Indonesia bisa terus tumbuh. Misalnya, otoritas BEI perlu meningkatkan kuantitas dan kualitas emiten yang mencatatkan saham perdana (IPO) di bursa.

Meningkatnya jumlah investor ritel lokal ini perlu diimbangi dengan kualitas saham di BEI. Di sisi lain, ada pula kekhawatiran bertambahnya investor ritel menyebabkan volatilitas semakin tinggi.

VP Research & Analyst Valbury Asia Futures Nico Omer Jonckheere mencontohkan, pasar bisa sangat volatil jika IHSG terkoreksi signifikan. Sebab, investor ritel bisa lebih panik sehingga memicu ketidakstabilan pasar. "Penambahan investor ritel memicu tingginya volatilitas IHSG. Sebab, kebanyakan investor ritel lokal spekulan jangka pendek, bukan investor jangka panjang," papar dia.

Namun, Nico menandaskan, pasar modal saat ini relatif stabil. "Ketika IHSG naik dan investor asing hengkang seperti sekarang, nyatanya bursa masih stabil," kata dia.

Pelaku pasar juga menyoroti kebijakan pemerintah yang kerap mencampuri pasar terlalu dalam sehingga menghambat laju IHSG. Misalnya, pemerintah sempat mengeluarkan kebijakan, seperti penurunan harga semen, harga gas industri, diskon tarif tol hingga kontroversi reklamasi.

Muhamad Alfatih, Senior Technical Portfolio Advisor Samuel Sekuritas menilai, secara umum laju saham di BEI menanjak. Namun berbanding terbalik dengan saham emiten BUMN. "Kebijakan pemerintah terhadap saham BUMN menyebabkan harga sahamnya turun jauh," jelas dia.

Agar pasar modal terus bertumbuh, Alfatih menyarankan koordinasi pemerintah diperbaiki. Ia menilai kebijakan antar-kementerian saling berlawanan sehingga memicu ketidakpastian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×