kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,91   8,27   0.89%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor disarankan makin hati-hati sewaktu pasar terkoreksi


Sabtu, 10 Februari 2018 / 14:20 WIB
Investor disarankan makin hati-hati sewaktu pasar terkoreksi


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) kembali tertekan 4,15% ke level 23.860,46, Kamis (8/2). Hal ini turut membuat indeks saham Asia, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), berguguran.

Meski sempat turun lebih dari 1% di awal perdagangan, koreksi IHSG berhasil teredam. Pada penutupan perdagangan Jumat (9/2), IHSG mendarat di level 6.505,52, turun 0,60%.

Head of LOTS Services Lotus Andalan Sekuritas Krishna Dwi Setiawan menilai, koreksi yang terjadi di DJIA dipicu oleh valuasi saham di Amerika Serikat (AS) yang terbilang tinggi. Sebelumnya, pasar merespons positif kebijakan pemangkasan pajak AS, yang berpotensi meningkatkan keuntungan korporasi.

Namun, pelaku pasar melihat suku bunga AS berpotensi mengalami kenaikan lebih agresif. Hal ini justru membuat pelaku pasar berbalik arah. Pasalnya, naiknya suku bunga membuka peluang turunnya laba korporasi akibat cost of fund yang lebih besar. "Jadi, harga saham juga harus turun agar valuasinya rasional," ujar Krishna, Jumat (9/2).

Yield obligasi AS untuk tenor 10 tahun pun masih berada dalam level yang tinggi, sebesar 2,83%. Krishna melihat adanya potensi koreksi lanjutan di DJIA. Dus, sepanjang bulan ini, IHSG masih dibayangi sentimen negatif dari eksternal. Krishna memperkirakan, IHSG akan bergerak di rentang pergerakan 6.400–6.600 sepanjang Februari 2018.

Secara teknikal, analis Binaartha Parama Sekuritas M. Nafan Aji memprediksi, DJIA berpotensi mengalami koreksi sehat pada perdagangan pekan depan. Rentang pergerakan DJIA ada di level 22.000–25.500. "Sejauh ini dampak penurunan DJIA ke IHSG masih sekedar sentimen, belum mempengaruhi secara fundamental," tambah Krishna.

Ia menilai, IHSG masih cukup kuat menahan sentimen eksternal. Saham-saham berkapitalisasi pasar besar justru meningkat. "Pelaku pasar tidak panik dan mencoba membeli di harga bawah," tutur dia.

Pasar modal Tanah Air juga masih tertopang oleh pergerakan investor domestik. Buktinya, dana kelolaan reksadana terus meningkat. Hal ini membantu mengimbangi aksi jual investor asing. Selain itu, beberapa data ekonomi dalam negeri, seperti cadangan devisa, juga masih bisa menangkal kejatuhan IHSG.

Siapkan dana kas

Lantaran tekanan dari sentimen negatif global masih kuat, investor disarankan memperketat manajemen risiko. Krishna menyarankan investor mengambil langkah antisipasi. "Kami tetap percaya diri dengan data fundamental ekonomi Indonesia. Tapi, pasar bisa volatil, sehingga harus tetap waspada," ujar dia.

Krishna menyarankan investor menyeimbangkan porsi kas dan saham. Hitungannya, 50% kas harus tetap ada. Dana kas tersebut dapat dimanfaatkan untuk melakukan transaksi jangka pendek.

Krishna tidak menyarankan investor untuk keluar sepenuhnya dari saham ataupun beralih ke safe haven. Sebab, menurut dia, koreksi indeks saham ini justru bisa dimanfaatkan untuk masuk di harga murah.

Analis Binaartha Parama Sekuritas M Nafan Aji menyatakan, investor bisa mencermati saham-saham emiten dengan pertumbuhan kinerja yang positif. Lebih aman lagi, jika peningkatan kinerja bisa dipertahankan secara konsisten.

Nafan menyarankan investor mencermati saham dengan price to earning ratio (PER) yang berada dibawah 15 kali. "Yang penting tetap menjalankan prinsip manajemen risiko," cetus Nafan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×