kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Instrumen berbasis saham masih prospektif bagi investor berorientasi jangka panjang


Minggu, 19 Agustus 2018 / 17:48 WIB
Instrumen berbasis saham masih prospektif bagi investor berorientasi jangka panjang
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Dimas Andi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Instrumen berbasis saham, baik reksadana saham ataupun saham secara langsung, dinilai masih memiliki prospek yang menarik di tengah ketidakpastian pasar modal Indonesia akhir-akhir ini.

Indra M. Firmansyah, Director & Head of Investment Pinnacle Investment mengatakan, instrumen investasi berbasis saham masih layak dijadikan andalan bagi investor dengan horizon investasi jangka panjang.

Apalagi, momentum pasar koreksi bisa dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan pembelian secara bertahap. Dengan begitu, biaya investasi yang dikeluarkan oleh investor akan mengikuti pergerakan pasar.

“Dalam jangka panjang, cara tersebut bisa memberikan imbal hasil yang jauh lebih konsisten dibandingkan berspekulasi dengan masuk dalam jumlah besar di kesempatan awal,” ungkap Indra, Kamis (16/8) lalu.

Ia menambahkan, investor tetap dapat meraup potensi keuntungan yang optimal jika mampu melakukan rebalancing terhadap portofolio saham yang dimilikinya. Dalam hal ini, investor dapat mengalihkan dana investasinya dengan membeli saham-saham yang lebih defensif. Selain itu, investor juga bisa meningkatkan porsi kas dalam portofolionya hingga kondisi pasar kembali membaik.

Perencana Keuangan Oneshildt Financial Planning, Budi Raharjo sepakat, diversifikasi atas aset saham memang patut dilakukan oleh investor jika tetap ingin memperoleh imbal hasil yang optimal.

Di sisi lain, karena volatilitas pasar masih berpotensi meningkat, ia menilai instrumen berbasis saham saat ini belum cocok dimiliki oleh investor yang memiliki kebutuhan dalam jangka pendek. “Sebaiknya hindari instrumen yang volatil dan pilih instrumen yang setidaknya memiliki imbal hasil di atas inflasi dan deposito,” imbuh Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×