kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Imbalan Sukri SR-010 diprediksi berkisar 6,5%-6,9%


Selasa, 13 Februari 2018 / 21:50 WIB
Imbalan Sukri SR-010 diprediksi berkisar 6,5%-6,9%
ILUSTRASI. Penerbitan Sukuk Ritel


Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana menawarkan Sukuk Ritel (Sukri) seri SR-010 pada akhir Februari hingga pertengahan Maret nanti. Namun, potensi tingkat imbalan yang ditetapkan pemerintah berpotensi rendah jika mengacu pada kondisi pasar obligasi saat ini.

Fund Manager Capital Asset Management, Desmon Silitonga mengatakan, sejak tahun lalu, imbal hasil hasil Surat Utang Negara (SUN) cenderung berada di level yang rendah. Meskipun terjadi kenaikan imbal hasil SUN di awal tahun ini, namun pergerakannya tidak signifikan.

Oleh karena itu, ia memperkirakan tingkat imbalan yang potensial untuk penawaran Sukri tahun ini tidak akan jauh berbeda dari Sukri SR-009. “Potensi imbalannya sekitar 6,5%-6,9%,” katanya, Selasa (13/2).

Adapun tingkat imbalan Sukri SR-009 yang ditawarkan pemerintah saat itu sebesar 6,90% per tahun.

Menurut Desmon, tingkat imbalan seperti itu masih cukup ideal mengingat durasi penerbitan Sukri biasanya hanya tiga tahun. Sebab, rata-rata imbal hasil obligasi pemerintah untuk tenor tiga tahun di Indonesia Bond Pricing Agency hanya 5,59% pada hari ini.

Ariawan, analis Obligasi BNI Sekuritas juga menduga tingkat kupon Sukri pada tahun ini cenderung berada di level yang rendah. “Kalau dilihat dari perkembangan pasar, kemungkinan pemerintah menawarkan imbalan yang tinggi cukup terbatas,” tuturnya, Selasa (13/2).

Ia menambahkan, penerbitan sukri sebenarnya lebih bertujuan untuk diversifikasi instrumen maupun investor. Pasalnya, jumlah obligasi berbasis syariah saat ini masih cukup minim. Begitu pula dengan jumlah investor ritel yang masih kalah jauh dari investor institusi atau investor asing.

Merujuk data Ditjen Pembiayaan Pengelolaan dan Risiko Kementerian Keuangan, per 12 Februari jumlah kepemilikan investor ritel di Surat Berharga Negara (SBN) hanya mencapai Rp 56,70 triliun. Persentase kepemilikan investor ritel pun hanya sebesar 2,69% dari total penerbitan SBN.

“Apapun kondisinya, pemerintah mau tak mau harus menyediakan instrumen obligasi untuk investor ritel,” ujar Ariawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×