kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IHSG masih bisa sentuh 6.800 pada semester I-2018


Minggu, 11 Maret 2018 / 20:09 WIB
IHSG masih bisa sentuh 6.800 pada semester I-2018
ILUSTRASI.


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghadapi sejumlah tantangan, sehingga ditutup melemah dalam beberapa hari terakhir. Namun, penurunan indeks diperkirakan hanya jangka pendek.

Muhammad Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas menyatakan, indeks di kawasan Asia masih mendapat pengaruh dari kebijakan ekonomi Amerika Serikat. Kebijakan tarif impor yang ditetapkan Presiden AS, Donald Trump dipastikan akan menuai reaksi balasan perang dagang dari Tiongkok maupun Uni Eropa.

“Sehingga diyakini akan memberikan tekanan bagi indeks di Amerika Serikat,” ungkap Nafan kepada KONTAN, Minggu (11/3).

Untuk momentum saat ini, Nafan menyatakan koreksi IHSG bisa dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk mengakumulasi beli saham-saham dengan valuasi yang masih murah. Dengan demikian, hal itu memberikan kesempatan upside yang lebih besar.

Ia memperkirakan target indeks akhir tahun ini di level 7.033. “Belum ada perubahan,” lanjutnya.

Kiswoyo Aji Joe, analis Recapital Asset Management menyatakan IHSG masih berpotensi menyentuh level 6.800 pada semester I-2018. Salah satu penyokongnya, karena adanya momentum pemilihan kepala daerah, sehingga membuat potensi perputaran uang di masyarakat semakin banyak. “Ekonomi bisa tumbuh lebih cepat,” katanya, Minggu (11/3).

Indeks yang belakangan terkoreksi memang menyita perhatian pasar. Namun, menurut pandangan Kiswoyo, hal tersebut hanya berlangsung sesaat saja atau jangka pendek. IHSG diprediksi masih memiliki potensi untuk mendaki.

Hasil dari Pilkada serentak tahun ini juga menarik dicermati untuk membaca peta tahun depan. “Akhir tahun kita akan melihat kondisi dulu, apakah sentimen Pilkada juga berlaku pada Pilpres,” ungkapnya.

Kiswoyo menyebut, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) sempat turun, namun, penurunan tersebut lantaran ada potensi kenaikan suku bunga. Sehingga banyak investor yang melakukan profit taking. Sebab, jika Fed Fund Rate naik, maka bunga pinjaman di AS naik.

“Sebelumnya banyak orang AS yang pinjam uang di bank karena bunga murah untuk dimasukin ke saham di DJIA. Jadi mereka profit taking untuk bayar utangnya,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×