kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IHSG jeblok, investor reksadana mencairkan investasi


Kamis, 05 Juli 2018 / 07:05 WIB
IHSG jeblok, investor reksadana mencairkan investasi
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia - IHSG


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham dan obligasi yang sedang jeblok ternyata membuat investor di Indonesia ramai-ramai mencairkan investasinya di reksadana. Alhasil, dana kelolaan pada reksadana saham dan pendapatan tetap ikut susut.

Reza Fahmi Riawan, Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), mengatakan, memang telah terjadi penurunan pertumbuhan dana kelolaan di HPAM karena net asset value (NAV) turun dan terjadi redemption. Penurunan dana kelolaan juga banyak terjadi di reksadana saham dan campuran. Reza menilai, momentum koreksi pasar idealnya menjadi waktu yang tepat untuk membeli.

Sekadar informasi, dalam pekan ini, IHSG sempat kehilangan 164 poin dalam dua hari pertama perdagangan. Namun, indeks kembali menguat 99 poin atau 1,77% pada perdagangan kemarin.

Sepanjang pekan lalu, IHSG terkoreksi 0,39%, setelah pekan sebelumnya terjerembap 2,8%.

Serupa dengan Henan Putihrai, di Panin Asset Manajement pun terjadi penurunan dana kelolaan. Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan, dana kelolaan reksadana berbasis saham di Panin AM turun karena nilai aset reksadana tersebut menurun seiring dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

"Sebenarnya, ada yang redeem dan juga ada yang subscribe. Secara total, karena ada peluncuran produk baru di bulan Mei dan Juni, maka hingga saat ini kami masih catatkan net subscribe," kata Rudiyanto, Rabu (4/7).

Untuk saat ini, penyebab investor melakukan penarikan dana bermacam-macam. Pertama, karena membutuhkan dana. Hal itu terjadi di bulan Mei dan Juni, yakni ketika investor mencairkan investasinya guna memenuhi kebutuhan libur lebaran.

Kedua, ada juga investor yang melakukan redemption karena tidak nyaman terhadap kejadian di pasar keuangan Indonesia. Ketiga, investor yang melakukan penarikan dana lantaran melakukan strategi menunggu hingga harga lebih rendah, dan setelahnya masuk kembali. "Namun karena jumlah investor sekarang semakin banyak, ada juga kini orang yang beli reksadana saat pasar koreksi atau harga turun," jelas Rudiyanto.

Lebih lanjut ia juga melihat, pasar keuangan dalam negeri bisa segera pulih jika kondisi nilai tukar rupiah membaik. "Untuk reksadana saham dan pendapatan tetap kinerja tergantung rupiah, karena secara fundamental kondisi makro ekonomi Indonesia baik dan perusahaan lokal tidak mengalami penurunan kinerja," jelas Rudiyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×