kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IHSG dalam sepekan melemah 0,84%


Jumat, 20 Januari 2017 / 20:15 WIB
IHSG dalam sepekan melemah 0,84%


Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di akhir perdagangan pekan ini. Indeks bergerak mixed lantaran investor masih menanti arah kebijakan Donald Trump dalam memimpin Amerika.

IHSG mengalami penurunan sebesar 0,84% menjadi 5.254 pada perdagangan Jumat (20/1). Dalam sepekan indeks terpantau melemah 0,34% dari perdagangan jumat pekan lalu (13/1) di level 5.272.

Analis Binaartha Securities, Reza Priyambada mengatakan, pelemahan indeks hari ini masih disebabkan sentimen global, menunggu arah kebijakan Donald Trump yang diumumkan. Sehingga pada perdagangan terakhir pekan ini masih bergerak dalam konsolidasi melemah. Walaupun pelemahanya tidak signifikan.

"Penguatan terjadi pada dua hari belakang karena adanya rilis data Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate di level 4,75%," ujar Reza, Jumat (20/1).

Yang diharapkan dalam seremonial pelantikan Donald Trump hari ini adalah pidato yang lebih komprehensif mengenai arah kebijakan ekonomi Amerika. Sehingga pelaku pasar tidak lagi dalam bayang-bayang ketidakpastian. Sehingga arah perdagangan pekan depan lebih terlihat.

Sementara Analis Asjaya Indosurya William Suryawijaya mengatakan, faktor pelemahan indeks kemarin pada harga komoditas yang juga menurun seperti batu bara. Setelah dua hari perdagangan menguat sentimen ini yang paling mempengaruhi. 

Efeknya yang ditakutkan juga sebenarnya bukan investor yang lari ke pasar Amerika, namun nilai mata uang dollar AS yang menekan rupiah. Hal itu dilihat dari langkah kebijakan yang diambil.

Makanya kita harus melihat gambaranya besarnya, capital outflow tidak banyak, bahkan sempat mencatakan akumulasi beli asing. ”Jadi jangka pendek lebih melihat sentimen dari harga komoditas,” kata William.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×