Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan diperkirakan masih akan bergerak beragam cenderung tertahan pada perdagangan awal pekan depan. Pasalnya masih ada indikator teknikal yang menunjukkan sinyal positif meskipun sudah indeks sudah mulai keluar dari tren bullish.
Lanjar Nafi, analis Relinace sekuritas mengatakan, secara teknikal IHSG kembali keluar dari trend bullish jangka menengah meskipun demikian IHSG tertahan pada support MA50 dengan potensi crossing indikator stochastic dekat area oversold.
"Sehingga diperkirakan IHSG masih akan bergerak mixed di awal pekan dengan range pergerakan 4.820-4.880." katanya dalam riset yang diterima KONTAN, Jumat (29/4).
Menurut Lanjar, saham-saham yang perlu dicermati pada perdagangan awal pekan depan diantaranya AKRA, ASII, ASRI, BSDE, CTRS, EXCL, INDF, KLBF, LPKR, MAPI, dan UNTR.
Hari ini sebagai akhir pekan dan sekaligus akhir bulan April, IHSG ditutup turun 9,81 poin atau 0,2% dilevel 4.838,58 dengan volume moderat. Sektor konsumer memimpin penguatan setelah beberapa data kinerja keuangan emiten sektor konsumer rilis lebih baik dari perkiraan.
Lanjar bilang, sentimen dari akhir bulan dan ekonomi global mempengaruhi tingkat kepercayaan investor terlihat meskipun rupiah berhasil menguat terhadap USD, investor asing masih tetap tercatat melakukan aksi jual bersih cukup besar dilevel Rp 385.29 miliar sehingga total net sell asing minggu ini mencapai Rp 1,95 triliun.
Bursa Asia ditutup kembali tertekan kecuali bursa saham Jepang seiring PBOC menaikan Yuan Fixing tertinggi sejak bulan juli 2005 setelah USD terjatuh akibat data pertumbuhan GDP rilis lebih rendah dari ekspektasi. Hal tersebut tentu membuat kekhawatiran inverstor pada outlook negatif aktifitas eksport China.
Sementara, Bursa Eropa kembali dibuka gap down seakan dipenuhi aksi jual investor sejak awal sesi diakhir bulan ini. Laporan kinerja yang dibawah harapan sejumlah emiten favorite di Eropa menjadi faktor utama alasan investor untuk merealisasikan keuntungannya.
Beberapa emiten besar tidak sesuai perkiraan sebagai indikasi perlambatan ekonomi Eropa yang cukup berdampak pada kinerja emiten. Data penjualan ritel di German turun jauh dibawah ekspetasi dan data inflasinya juga negatif membawa kekhawatiran deflasi di Eropa meskipun data GDP naik 2 kali lipat dari 0.3% menjadi 0.6%.
Menurut Lanjar, sentimen selanjutnya yang akan mempengaruhi pergerakan pasar di awal pekan yang sekaligus awal bulan Mei yakni kinerja sektor manufaktur diberbagai negara di dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News