kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga saham tak selalu terkerek buyback


Kamis, 12 Juli 2018 / 07:50 WIB
Harga saham tak selalu terkerek buyback
ILUSTRASI. Papan perdagangan saham IHSG


Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten memanfaatkan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beberapa waktu terakhir ini untuk melakukan pembelian kembali atawa buyback sahamnya. Harapannya, harga saham bisa naik lagi.

Salah satu emiten yang melakukan buyback adalah PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Perusahaan penyedia menara telekomunikasi ini telah membeli sebanyak 75,54 juta saham sejak 30 April hingga 30 Juni 2018, di harga rata-rata Rp 4.986.

Berdasarkan keputusan RUPS 27 April 2018, TBIG berencana membeli sebanyak 204 juta saham hingga 30 Oktober 2019. Untuk itu, TBIG menganggarkan dana sebanyak Rp 1,2 triliun.

Analis Henan Putihrai Sekuritas Josscarios Jonathan menyebut, aksi buyback lumrah dilakukan sebagai respons dari ketidaksesuaian valuasi saham versi internal perusahaan dengan harga pasar saat ini. "Jadi perusahaan berharap supaya harganya nanti akan lebih baik dari sekarang," kata Joss, kemarin.

Direktur TBIG Helmy Yusman Santoso mengamini hal tersebut. "Kami melakukan buyback ketika merasa harga valuasi berdasarkan run-rate EV/EBITDA kami di bawah kisaran target kami," kata Helmy, kemarin.

Sayang, Helmy enggan merinci lebih lanjut berapa target harga wajar TBIG menurut perhitungan perusahaan.

Tak selalu naik

Namun, aksi buyback tak selamanya bisa mengerek harga saham emiten. TBIG sudah melakukan aksi buyback sejak 2016, berdasarkan persetujuan RUPS tanggal 24 Oktober 2016.

TBIG sempat melakukan buyback di tanggal 25 Oktober hingga 31 Desember 2016, dengan harga rata-rata Rp 5.438 per saham. Namun, selama rentang waktu itu, harga saham TBIG justru merosot 18% dari Rp 5.726 jadi Rp 4.694.

Begitu juga saat TBIG buyback pada 1 Januari 2018 hingga 25 April 2018 dengan harga rata-rata Rp 5.562. Harga TBIG di periode itu turun 14% dari Rp 6.240 ke level Rp 5.345.

Selain TBIG, PT Harum Energy Tbk (TBIG) juga melakukan aksi buyback. Per 30 Juni lalu, HRUM telah merampungkan transaksi pembelian sebanyak 6,5 juta saham, dari total target sebanyak 207 juta saham, dengan harga rata-rata Rp 2.854 per saham.

Harga saham HRUM sempat naik setelah transaksi buyback 8 Mei. Hingga akhir bulan kenaikannya mencapai 38% menjadi Rp 2.972. Tapi kemudian melorot lagi hingga perdagangan kemarin bertengger di angka 2.550 per saham.

Kepala Riset Narada Aset Manajemen, Kiswoyo Adi Joe menilai aksi buyback biasanya tak langsung mengerek harga saham emiten. "Apalagi kalau jumlahnya masih jauh dari target, karena pasar akan melihat komitmen dari perusahaan," kata Kiswoyo.

Kiswoyo menambahkan, aksi buyback biasanya baru bisa mengerek harga saham jika emiten sudah merampungkan lebih dari 50% target saham yang akan dibeli.

Sementara, menurut Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar, aksi buyback saham bukan cuma bertujuan mengerek harga saham. Sejumlah emiten juga melakukan buyback untuk memperbesar porsi kepemilikan saham saat kondisi pasar turun.  "Sehingga, peluang untuk mendominasi jadi terbuka lebar dengan membeli di harga bottom," kata dia.

William menyebut, saat perusahaan melakukan buyback, ini jadi sinyal positif bagi investor bahwa perusahaan masih percaya diri dengan kondisi fundamentalnya. Namun, dia menilai kondisi pasar saat ini banyak tekanan, sehingga bukan waktu yang tepat untuk melakukan buyback.

Aksi buyback tepat jika penurunan harga saham emiten di atas 30%. "Selama masih di bawah 30% emiten bisa lakukan perbaikan kinerja dulu," kata dia.

Joss menilai, aksi buyback yang TBIG lakukan sudah ideal. Dia menakar harga wajar TBIG berada di kisaran Rp 7.000 per saham.

Sementara William menilai, dari kacamata investor, aksi buyback yang dilakukan HRUM lebih menarik. Maklum, harga komoditas batubara diprediksi masih terus menghangat. Hal ini jadi penopang pergerakan harga saham HRUM.

Joss menambahkan, sektor menara telekomunikasi juga tak kalah menarik. Diperkirakan, kebutuhan menara telekomunikasi tiap perusahaan telekomunikasi mencapai 5%–7% tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×