kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga nikel terdongkrak kebijakan di Filipina


Selasa, 31 Januari 2017 / 21:51 WIB
Harga nikel terdongkrak kebijakan di Filipina


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pasca menyentuh level terendah pada akhir pekan lalu, kini harga nikel mulai beranjak naik. Rupanya pasar sudah tak lagi khawatir akan potensi peningkatan produksi akibat relaksasi kebijakan ekspor di Indonesia. Rencana, pemerintah Filipina untuk memberi kepastian akan audit pertambangannya dalam waktu dekat, justru berhasil kembali melambungkan harga.

Mengutip Bloomberg, Senin (30/1), harga nikel kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) ditutup naik 2,16% ke level US$ 9.680 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya.

Andri Hardianto, Analis PT Asia Tradepoin Futures mengatakan, penguatan harga nikel kali ini sangat dipengaruhi sentimen Filipina. Negeri penghasil nikel itu sudah merencanakan untuk merilis hasil audit pertambangan di negaranya pada 2 Februari nanti. Sebagian besar perusahaan diperkirakan sulit untuk lolos, bahkan bisa jadi akan ditutup sementara.

“Nah kalau disuspensi ini akan membatasi pasokan dan menyebabkan harga nikel naik,” kata Andri, Selasa (31/1).

Perintah audit itu datang dari Presiden Filipina Rodrigo Duterte untuk memperbaiki kualitas hidup dan lingkungan di negerinya. Sekarang ini, Filipina sudah menghentikan kegiatan tambang. Sebanyak 13 perusahaan sedang berusaha menempuh jalur hukum banding dan sebanyak tujuh perusahaan sudah dinyataan tidak memiliki izin.

Menurut Andri, keputusan pemerintah Filipina ini jauh akan lebih berpengaruh jika dibandingkan dengan pelonggaran izin ekspor konsentrat yang diberikan Indonesia. Walaupun kini beberapa perusahaan di tanah air sudah bisa kembali melakukan ekspor nikel, tetapi pasokannya tetap tidak akan melambung pasokan global karena pasokan dari Filipina diyakini masih minim.

Sebenarnya pelonggaran izin yang diberikan pemerintah Indonesia masih terbentur pada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Perusahaan nikel hanya diperbolehkan melakukan ekspor nikel berkadar rendah. Padahal kenyataannya investor cenderung lebih memilih nikel berkadar tinggi yang tidak membutuhkan biaya pengolahan lebih lanjut.

“Nikel berkadar rendah juga membutuhkan proses pengolahan yang lebih lama,” ujar Andri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×