kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak WTI tembus ke US$ 60 per barel, tertinggi sejak Desember 2018


Selasa, 16 Februari 2021 / 06:12 WIB
Harga minyak WTI tembus ke US$ 60 per barel, tertinggi sejak Desember 2018
ILUSTRASI. harga minyak terus memanas


Sumber: Reuters,Bloomberg | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah melonjak ke level tertingginya dalam lebih dari 20 bulan pada penutupan perdagangan Senin (15/2). Bahkan, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kembali ke atas US$ 60 per barel, level tertinggi sejak Desember 2018.

Mengutip Bloomberg, harga minyak WTI untuk kontrak pengiriman Maret 2021 ditutup di level US$ 60,12 per barel. Pada sesi ini, minyak WTI menguat 1,09%. Terakhir kali minyak WTI berada di atas US$ 60 per barel terjadi pada 11 Desember 2018. 

Serupa, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman April 2021 ditutup naik 1,44% menjadi US$ 63,33 per barel. Terakhir kali harga minyak berada di atas level ini pada Mei 2019. 

Dua harga minyak acuan sama-sama cetak rekor baru setelah jumlah kasus harian virus corona baru turun ke level terendah sejak Oktober dan optimisme pasar terkait vaksin yang dapat menghidupkan kembali permintaan minyak global.

Harga minyak telah reli selama beberapa pekan terakhir karena pengetatan pasokan, sebagian besar karena pengurangan produksi dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutu dalam kelompok produsen OPEC+ yang lebih luas.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pasar minyak global sedang dalam jalur pemulihan dan harga tahun ini bisa mencapai rata-rata US$ 45 - US$ 60 per barel.

"Kami telah melihat volatilitas rendah dalam beberapa bulan terakhir. Ini berarti pasar seimbang dan harga yang kami lihat hari ini sejalan dengan situasi pasar," kata Novak seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Harga emas ditutup melemah ke US$ 1.818 per ons troi, terseret US Treasury

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah mendorong pelaksanaan legislatif besar pertama masa jabatannya, untuk mendapatkan restu guna memperlancar rencana bantuan virus corona senilai US$ 1,9 triliun.

"Paket US$ 1,9 triliun yang telah lama ditunggu-tunggu belum disahkan. Karena data pekerjaan AS terbaru mengisyaratkan pasar tenaga kerja yang sedang berjuang, paket bantuan tidak bisa datang cukup cepat untuk beberapa orang," kata Tamas Varga, analis minyak di pialang PVM Oil Associates London.

"Stimulus kemungkinan akan disetujui dalam beberapa saat," tambahnya.

Harga minyak juga mendapat katalis karena adanya peluang berkurangnya pasokan jika pekerja di terminal minyak terbesar di Norwegia kembali mogok kerja. Pemogokan dapat mengganggu produksi di ladang yang bertanggung jawab atas sepertiga dari produksi minyak mentah negara itu.

Sementara itu, produksi minyak AS juga diprediksi akan turun di pekan ini karena cuaca dingin yang tidak biasa di Texas dan Oklahoma. Suhu di Midland, Texas, yang merupakan wilayah minyak serpih terbesar di AS, turun menjadi satu digit Fahrenheit.

Alhasil, pasokan listrik pun terganggu dan beberapa kilang membatasi pemrosesan karena cuaca dingin, yang berkisar antara 21 hingga minus 8 derajat Fahrenheit (minus 6 hingga minus 22 Celcius).

Selanjutnya: Simak rekomendasi saham CPIN, PTPP, dan ASII untuk Selasa (16/2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×