kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga batubara kembali sentuh rekor tertinggi US$ 116,60 per metrik ton


Minggu, 08 Juli 2018 / 14:22 WIB
Harga batubara kembali sentuh rekor tertinggi US$ 116,60 per metrik ton
ILUSTRASI. Kawasan penambangan batubara


Reporter: Grace Olivia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan harga batubara masih terus berlanjut. Harga komoditas energi ini terus mencetak rekor harga tertinggi di awal paruh kedua tahun ini.

Mengutip Bloomberg, Kamis (5/7), harga batubara kontrak berjangka pengiriman Juli 2018 di ICE Future Exchange berada di posisi US$ 116,60 per metrik ton. Harga batubara kembali mencetak rekor tertinggi, kali ini sejak Desember 2012. Dalam sepekan harga batubara tercatat naik sebanyak 3,3%.

Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar, menjelaskan, harga batubara terus melaju lantaran tingkat permintaan yang terus bertambah. "Selain China, kini permintaan dari Eropa Utara juga tambah tinggi," ujar Deddy, Jumat (5/7).

Di saat permintaan kian bertambah, tambah Deddy, ketersediaan pasokan batubara global justru cenderung melambat. Hal ini terjadi karena Australia tidak mampu meningkatkan produksi dengan cepat.

Terbukti, sepanjang semester pertama lalu, Indonesia menjadi pengekspor batubara yang lebih signifikan ke China. "Batubara Indonesia menyumbang sekitar 49% dari total impor China, jumlahnya sekitar 61,9 juta ton," terang Deddy.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim, menambahkan, kenaikan harga batubara juga sejalan dengan harga minyak mentah dunia yang masih dalam tren menguat. Tambah lagi, China memiliki wacana mengenakan tarif impor untuk produk minyak AS sebagai aksi balasan dalam perang dagang.

"Kalau tarif tersebut direalisasikan, harga minyak AS akan semakin mahal di China dan membuat pasar beralih ke batubara sehingga permintaannya bertambah tinggi lagi," kata Ibrahim, Jumat (6/7).

Namun, Ibrahim juga menilai, harga batubara di pasar derivatif saat ini sudah terlampau tinggi. Lantas, potensi koreksi pun terbuka.

Juga, Deddy melihat tensi perang dagang yang terus memanas berpotensi mengancam permintaan batubara China juga. Menurut Deddy, jika selama ini permintaan batubara China disokong oleh sektor manufaktur dan industrinya yang tumbuh.

"Kalau dampak perang dagang memperburuk perekonomian China, ini akan menghambat permintaan batubara ke depan," pungkas Deddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×