kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45905,95   -17,54   -1.90%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Garuda patok capex 2018 hingga Rp 3 triliun


Jumat, 08 Desember 2017 / 17:38 WIB
Garuda patok capex 2018 hingga Rp 3 triliun


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mematok belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun 2018 sebesar Rp 2 triliun sampai Rp 3 triliun. Capex ini nantinya sebagian besar akan digunakan untuk kegiatan maintenance atau perawatan maupun pergantian komponen armada pesawat.

Pahala Nugraha Mansury, Direktur Utama GIAA menyatakan, sumber pendanaan capex tersebut berasal dari kas internal. "Selama ini, kami juga sudah mulai memiliki operasional cash flow yang positif," kata Pahala di Terminal 3, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Jumat (8/12).

Meski demikian, Pahala menyatakan tidak menutup kemungkinan untuk mendapatkan pendanaan dari sumber lain. Yang sudah masuk dalam perencanaan manajemen yaitu menyiapkan pendanaan tambahan, baik melalui pasar modal, maupun fasilitas perbankan. "Pendanaan tambahan tahun depan berkisar US$ 200 juta," lanjutnya.

Mengenai pendanaan dari pasar modal, GIAA mempertimbangkan opsi fasilitas obligasi. Namun, Pahala masih enggan berkomentar banyak mengenai skema obligasi tersebut. Apakah diterbitkan di Indonesia atau global bond. "Kami masih melihat kemungkinan penerbitan bond," imbuhnya.

Namun dalam catatan KONTAN sebelumnya, GIAA menyebutkan sedang mempertimbangkan opsi penerbitan bonds berdenominasi dollar AS. Besarannya mencapai US$ 300 juta atau setara dengan Rp 4 triliun (Rp 13.500 per dollar AS). GIAA akan menggunakan dana hasil penerbitan obligasi ini untuk refinancing utang obligasi rupiah yang jatuh tempo pada Juli 2018. Nilainya mencapai Rp 2 triliun.

Pahala memproyeksikan tingkat produktivitas pesawat tahun depan akan meningkat. Besarannya mencapai double digit. Produktivitas ini diantaranya seperti jumlah kursi yang digunakan, maupun jumlah kilometer pesawat yang beroperasi.

Peningkatan produktivitas tersebut, khususnya ditujukan untuk operasional pesawat ATR-72 dan CRJ. Produktivitas kedua pesawat ini dibidik naik 30%. Pesawat jenis ini, menjadi armada pengumpan (feeder) di wilayah terpencil. "Ini komitmen kami untuk menunjukkan konektivitas," imbuhnya.

Sebagai catatan, kinerja sembilan bulan pertama 2017 GIAA memang masih tertekan. Perusahaan membukukan kerugian sebesar US$ 222,04 juta. Nilai kerugian membengkak dibandingkan kerugian pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 44,01 juta. Meski demikian, bila dihitung kinerja per kuartal, pada kuartal III tahun ini, GIAA mencatatkan perbaikan.

Asal tahu saja, laba bersih perusahaan pelat merah ini pada periode Juli-September 2016 sekitar US$ 19,1 juta. Sedangkan, pada Juli-September 2017, GIAA kira-kira mengantongi laba bersih US$ 38,2 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×