kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Energi kian murah, batubara melemah


Kamis, 05 Januari 2017 / 08:29 WIB
Energi kian murah, batubara melemah


Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kenaikan harga batubara mulai melambat. Sepekan terakhir harga batubara masih naik 1,06%. Tetapi, Selasa (3/1), harga batubara merosot hingga 4,43% ke level US$ 90,50 per metrik ton.

Research and Analyst Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menuturkan, saat ini fundamental batubara tergerus rendahnya harga energi yang menjadi substitusi batubara, seperti energi tenaga surya dan gas alam.

Ambruknya harga energi surya terjadi karena Cile dan Uni Emirat Arab berbondong-bondong memanfaatkannya sebagai sumber energi alternatif. Saat bersamaan, China mulai beralih dan berkomitmen menggunakan gas alam sebagai pengganti batubara. Fakta ini ikut memberi tekanan pada harga batubara.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menambahkan, batubara juga terkoreksi akibat faktor teknikal. Maklum, sepanjang tahun lalu, harga batubara sudah naik cukup tinggi. Apalagi, pelaku pasar saat ini masih wait and see terhadap komitmen OPEC memangkas produksi minyak 1,2 juta barel per hari.

Menaikkan produksi

Sejumlah penambang batubara juga berniat meningkatkan produksi. Menteri Energi India Piyush Goyal menyebut, Coal India Ltd, perusahaan tambang batubara milik pemerintah India, akan menaikkan produksi sebesar 598,6 juta ton pada tahun buku yang berakhir di Maret 2017. Periode April-Desember lalu, produksi Coal India naik 1,1% menjadi 377,8 juta ton. Padahal permintaan domestik di India belum membaik.

Hal yang sama juga dilakukan oleh China. "Maka peluang harga batubara naik lagi kian sempit," tutur Ibrahim.

National Development and Reform Commission (NDRC) China memperkirakan produksi batubara negeri tirai bambu ini melesat menjadi 3,9 miliar ton hingga 2020. Tapi produsen batubara masih bisa bernapas lega. Masih ada sentimen positif untuk komoditas hitam ini.

NDRC memprediksi konsumsi batubara China naik menjadi 4,1 miliar ton hingga 2020. Pengiriman batubara Coal India di Desember lalu pun naik 6,9%. "Belum lagi ada peningkatan permintaan batubara dari Korea Selatan untuk pembangkit listrik," imbuh Deddy.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Deddy memprediksi sepanjang kuartal I-2017 harga batubara akan bertahan di atas US$ 70 per metrik ton. Ibrahim menambahkan, jika rencana OPEC memangkas produksi minyak berjalan sesuai rencana, tren bullish harga batubara akan terjaga.

"Potensi naik tetap ada tapi lebih terbatas dari tahun lalu dan sulit tembus ke atas US$ 100 per metrik ton," ujar dia. Secara teknikal, harga masih bergulir di atas MA 50, 100 dan 200 mendukung kenaikan.

Garis moving average convergence divergence di area positif berpola uptrend. Ini sejalan dengan RSI level 63 yang mengindikasikan kenaikan. Hanya saja stochastic level 98 sudah masuk area overbought dan bisa memicu koreksi jangka pendek.

Hitungan Deddy, hari ini (5/1) ada peluang koreksi terbatas harga batubara di kisaran US$ 86,50-US$ 91,75 per metrik ton. Prediksi Ibrahim, harga batubara US$ 88,50- US$ 92,70 per metrik ton sepekan ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×