kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,64   -17,87   -1.91%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor lesu, Alfa Energi Investama (FIRE) incar pasar domestik pada tahun depan


Jumat, 21 Desember 2018 / 17:59 WIB
Ekspor lesu, Alfa Energi Investama (FIRE) incar pasar domestik pada tahun depan
ILUSTRASI. Pencatatan saham Alfa Energi Investama Tbk


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) ingin menambah porsi penjualan batubara di pasar domestik pada tahun 2019 mendatang. Sebab, kebutuhan batubara dalam negeri pada tahun depan diproyeksikan akan meningkat, sedangkan pasar ekspor masih dipenuhi ketidakpastian.

Direktur Utama Alfa Energi Investama Aris Munandar mengungkapkan, saat ini porsi penjualan batubara perusahaan berkode emiten FIRE ini masih seimbang antara pasar domestik dan ekspor. Aris bilang, kebutuhan batubara untuk pasar domestik pada tahun depan diproyeksikan sebesar 114 juta ton, meningkat dibandingkan tahun ini yang sebesar 100 juta ton.

“Pasar ekspor melemah, jadi tahun depan penjualan akan lebih fokus pada domestik karena cukup bagus. Kami ingin memanfaatkan momentum pertumbuhan batubara domestik. 2018 ini mungkin sekitar 50:50 (perbandingan pasar ekspor dan domestik),” ujar Aris dalam Public Expose yang digelar di Bursa Efek Indonesia, Jumat (21/12).

Selama kuartal III-2018, penjualan batubara Alfa Energi sebesar 236.144 ton. Secara total, dalam sembilan bulan terakhir, total penjualannya sebesar 528.696 ton. Menurut Aris, target market batubara Alfa Investasma adalah ke pembangkit listrik, baik milik Independent Power Producer (IPP) maupun milik Perusahaan Listrik Negara (PLN).

“Target penjualan 2018 rencananya akan closing di sekitar 700.000 ton,” kata Aris.

Dari jumlah itu, 50% batubara berasal dari produksi anak usaha, sedangkan 50% lainnya berasal dari trading. Pada tahun depan, penjualan batubara Alfa Energi ditargetkan meningkat menjadi 1 juta ton, dengan produksi dari anak usaha diproyeksikan bisa mencapai 800.000 ton-900.000 ton.

Produksi batubara Alfa energi sebagian besar masih merupakan kalori rendah dengan 4.200 GAR, sedangkan batubara dengan kalori 5.500 GAR hanya sekitar 100.000 ton. Seluruhnya, batubara kalori tinggi itu dijual ke pasar ekspor, yakni Korea Selatan, Jepang Taiwan dan juga Vietnam.

Pada kuartal II tahun 2019, batubara kalori tinggi Alfa Energi akan semakin meningkat seiring dengan telah berproduksinya tambang Blok M milik PT Alfara Delta Persada (ADP), anak usha Alfa Energi, yang berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, sejak September 2018 lalu. “Untuk Blok M Resources-nya sekitar 3 juta ton, tapi kalorinya bagus, sekitar 5.800 GAR,” ujar Aris.

Yang jelas, per September 2018, Alfa Energi membukukan pendapatan sebesar Rp 490,71 miliar dari penjualan batubara. Anghka itu naik signifikan dibanding periode sama tahun lalu yang ada di angka Rp 87,27 miliar.

“Target pendapatan 2018 diperkirakan akan bisa closing sekitar Rp 700 miliar. Untuk labanya belum bisa memastikan, Tapi Rp 10 miliar mungkin bisa,” ungkapnya.

Sedangkan untuk belanja modal atau capital expenditure (capex), Alfa Energi menganggarkan dana sebesar US$ 5 juta. Menurut Aris, saat ini capex baru terserap 80%, yang dipakai untuk pengembangan Blok M serta Pelabuhan ADP II dan sarana penunjang konektivitas lainnya.

Namun, untuk capex tahun depan, Aris belum bisa menyebutkannya. “Belum ada angkanya. Tapi (sumber dana) capex dari internal,” katanya.

Hanay saja, Aris mengatakan bahwa capex pada 2019 itu akan digunakan untuk pengembangan tambang milik anak usaha Alfa energi, yakni PT Berkat Bara Jaya (BBJ) di Kutai Barat, Kalimantan Timur yang telah mendapatkan persetujuan peningkatan perizinan, dari semula Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi menjadi IUP Operasi Produksi.

“Kita tinggal menunggi IPPKH (Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan), sudah kita ajukan,” ungkap Aris.

Untuk rencana bisnis tahun depan, Aris menyebutkan bahwa pihaknya akan menjajaki sektor energi baru terbarukan (EBT) karena dinilai memiliki prospek yang menjanjikan. “Belum ada definitif, kami sedang mencari alternatif untuk masuk. Sedang mencari peluang karena kami lihat outlook EBT bagus,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×