kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi diramal positif, SUN tenor panjang diburu


Rabu, 09 Agustus 2017 / 20:39 WIB
Ekonomi diramal positif, SUN tenor panjang diburu


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Menurut data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) seri Surat Utang Negara (SUN) FR0074 menempati posisi pertama dalam 10 SUN teraktif per Juli 2017.

Tercatat, seri FR0074 bertenor 15 tahun memiliki nilai transaksi sebesar Rp 29,32 triliun. Seri ini sekaligus menjadi SUN yang paling sering ditransaksikan sebanyak 2.939 kali. Seri ini memiliki kupon 7,50% dan yield per akhir Juli di 7,36% dengan harga 101,26%.

Analis Indonesia Bond Pricing Index (IBPA) Roby Rushandie mengatakan, sudah sejak Juni seri FR0074 menjadi seri teraktif. Penyebab seri ini paling aktif adalah investor pasar obligasi optimistis dengan prospek ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. "Mereka optimistis indikator makro stabil," kata Roby, Rabu (9/8).

Selain itu pelaku pasar juga percaya dan mengekspektasikan inflasi Indoensia dalam tren rendah. "Tenor panjang lebih sensitif terhadap kondisi inflasi dan memang inflasi Indonesia sedang turun dan prediksi pelaku pasr masih melihat ke depan dalam tren rendah," kata Roby.

Namun, hingga akhir tahun prospek seri ini masih akan tergantung pada kondisi makro. Menurut Roby jika ada perbaikan pertumbuhan ekonomi di semester II 2017 maka tentu seri tenor panjang seperti FR007 masih akan diminati hingga akhir tahun.

Dari segi likuiditas, Roby memastikan hingga akhir tahun seri ini akan tetap positif, karena seri tersebut merupakan seri acuan di tahun 2017.

Handy Yunianto, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas mengatakan, seri tenor panjang lebih diminati karena pelaku pasar mengekpektasikan pasar obligasi akan bullish. "Sehingga mereka mencari tenor dengan durasi yang lebih panjang," kata Handy.

Handy melihat, SUN tenor panjang masih atraktif di pasar obligasi karena terpengaruh inflasi yang menurun. Ditambah, aliran dana asing banyak masuk ke SUN karena yield di negara lain relatif lebih rendah daripada Indonesia. "Inflasi rendah dan dana asing banyak masuk yang buat investor lebih banyak masuk ke tenor yang lebih panjang," kata Handy.

Namun, Handy mengingatkan pada seri tenor panjang akan memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi. "Jika terjadi kenaikan yield, seri tenor panjang akan terkena koreksi lebih tinggi dari pada seri tenor pendek," kata Handy.

High risk, high return. Sebaliknya bila yield diprediksi berpotensi turun maka pemegang seri tenor panjang akan memiliki capital gain yang lebih besar.

Handy menyebut beberapa faktor yang membuat seri tenor panjang akan terus paling aktif hingga akhir tahun. Pertama, inflasi berpotensi turun. Kedua, rupiah stabil. Ketiga, yield global lebih rendah. Handy memprediksikan hingga akhir tahun SUN tenor 10 tahun memiliki imbal hasil 6,57%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×