kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Defisit pasokan dorong laju harga aluminium


Minggu, 14 Mei 2017 / 18:21 WIB
Defisit pasokan dorong laju harga aluminium


Reporter: Riska Rahman | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Harga komoditas global yang mulai rebound pekan lalu memberikan dorongan positif terhadap harga aluminium. Harga aluminium menanjak mengekor perbaikan harga minyak dunia.

Dikutip dari Bloomberg, harga aluminium kontrak pengiriman 3 bulan di London Metal Exchange pada Jumat (12/5) meningkat 0,85% dari hari sebelumnya ke level US$ 1.891 per metrik ton. Meski begitu, aluminium masih mencatat penurunan sebesar 0,63% sepekan terakhir.

Analis PT Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto menyatakan, penguatan aluminium yang terjadi akhir pekan lalu disebabkan oleh penguatan harga minyak dunia yang mampu bangkit setelah sempat turun ke level terendahnya selama 6 bulan. "Kenaikan harga minyak turut menyeret logam industri, termasuk aluminium, mengalami technical rebound setelah terus tertekan," kata Andri.

Tren kenaikan harga pun diprediksi Andri akan terus terjadi sepanjang tahun ini berkat potensi menurunnya produksi dari China. Aluminum Corporation of China (Chalco) memprediksi produksi aluminium China akan turun 3-8 juta ton tahun ini. Pemerintah China yang kini sedang gencar melakukan reformasi di bidang industri mendorong pelarangan industri pemurnian logam ilegal sehingga mampu membuat produksi logam industri ini turun signifikan.

Selain itu, pemerintah China baru-baru ini mengumumkan kebijakannya untuk mengurangi aktivitas smelter di 28 kota selama musim dingin mendatang. Smelter logam di China diminta memotong kapasitas produksinya hingga 30% sepanjang November 2017-Maret 2018 mampu menjadi katalis positif bagi harga aluminium hingga akhir tahun ini.

Perusahaan aluminium asal Rusia, Rusal, juga memprediksi harga aluminium tahun ini akan semakin membaik. CEO Rusal Vladislav Soloviev memperkirakan, tahun ini aluminium akan mengalami defisit sebanyak 1,1 juta ton.

"Permintaan aluminium tahun ini meningkat 5%, sedangkan pasokannya sendiri hanya bertambah 4,3% di 2017," papar Andri. Defisit ini otomatis memberikan sentimen positif terhadap harga aluminium untuk jangka panjang.

Data produksi industri China yang dirilis hari ini diprediksi mampu kembali menekan harga aluminium. Andri menerka data tersebut tak mampu memenuhi ekspektasi pasar sebesar 7,0% sehingga membuat harga aluminium dan komoditas lainnya melemah pekan ini.

Namun, rencana Bank Sentral China untuk menyuntikkan likuditas ke perbankan China mampu menjadi katalis positif bagi aluminium pekan ini. "Suntikan ini mampu mendorong aktivitas sektor industri dan bisnis China," jelas Andri.

Dari sisi teknikal, Andri melihat harga aluminium bergerak di atas moving average (MA) 50 dan MA 100 namun di bawah MA 200. Indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area negatif. Indikator stochastic bergerak oversold di level 15, sementara relative strength index (RSI) berada di level 40.

Andri memprediksi harga aluminium Senin (15/5) akan melemah dan bergerak di kisaran US$ 1.860 - US$ 1.890 per metrik ton. Sedangkan untuk sepekan, harga aluminium diperkirakan berada di harga US$ 1.850 - US$ 1.900 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×