Reporter: Dina Farisah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Dollar AS bergerak variatif. Terhadap euro, dollar AS menguat. Namun, dollar AS melemah terhadap dollar Australia dan yen. Mengutip Bloomberg, Jumat (21/11), pasangan EUR/USD turun 1,18% dibanding sehari sebelumnya menjadi 1,2391. Pasangan AUD/USD naik 0,58% ke 0,8670. Sementara USD/JPY turun 0,36% ke 117,790.
Zulfirman Basir, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan, ini karena data ekonomi Amerika Serikat (AS) cukup mixed. Klaim pengangguran mingguan di 291.000 lebih besar dari perkiraan 286.000. Tapi survei indeks manufaktur Philadelphia di 40,8 melampaui prediksi 18,9. Sementara itu, bank sentral AS mengakhiri program pembelian obligasi dollar AS sekaligus berencana menaikkan suku bunga pertama kali sejak 2006.
Kebijakan ini sangat kontras dengan Jepang dan Eropa yang sedang berjuang mencegah deflasi. Zulfirman mengatakan, pasangan EUR/USD melemah lantaran Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Mario Draghi berkomitmen membeli aset jika inflasi di Eropa melambat. Kondisi ini membuat euro melemah terhadap rekan mata uang utama.
Wahyu Tribowo Laksono, analis PT Central Capital Futures, menuturkan, pasangan AUD/USD naik setelah China memangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 2,75% untuk pertama kalinya sejak 2012. Ada spekulasi pertumbuhan ekonomi dapat terpacu sehingga permintaan komoditas dari China meningkat.
Analis PT SoeGee Futures Nizar Hilmy menuturkan, pasangan USD/JPY melemah karena memasuki jenuh beli. Tapi, dia menilai, penguatan yen cuma sementara karena kondisi ekonomi Jepang sedang resesi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
