kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Dana asing mengalir deras keluar IHSG


Kamis, 08 Maret 2018 / 21:57 WIB
Dana asing mengalir deras keluar IHSG
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat terkoreksi empat hari berturut-turut sebelumnya. Baru pada perdagangan Kamis (8/3), IHSG mulai menghijau dengan menguat 1,17% setelah dibuka pada 6.368,27. Asing masih mencatatkan net sell sebesar Rp 170,49 miliar di semua pasar. Sedangkan sejak awal tahun, asing juga tercatat keluar sebanyak Rp 13,05 triliun.

Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia menyatakan dana asing yang keluar dari pasar saham banyak masuk ke Surat Utang Negara (SUN) dan Medium Term Noted (MTN) Indonesia. Transaksi pada kedua instrumen tersebut ramai pada bulan Januari 2018, sedangkan pada Maret cenderung sepi. “Pindah ke save haven dollar AS, yen, dan SUN AS juga,” kata Bertoni kepada KONTAN, Kamis (8/3).

Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas menyatakan perubahan minat investor asing berinvestasi di Indonesia berhubungan dengan prospek pertumbuhan negara maju. Menurut dia, saat ini ada perubahan eskalasi pertumbuhan dari negara maju seperti Amerika serikat.

“Kalau dulu dibilang, emerging market seperti Indonesia punya ruang potensi pertumbuhan besar,” kata Alfred kepada KONTAN, Kamis (8/3).

Alfred menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 5% terbilang mencolok bagi investor global. Selain itu, selisih suku bunga acuan di Indonesia juga menjadi perhatian pelaku pasar sebab Indonesia memiliki suku bunga acuan yang menurun belakangan ini.

Nah, negara-negara besar seperti Amerika Serikat terbilang punya pertumbuhan menarik belakangan ini. Pertumbuhan ekonomi 3% di Amerika Serikat bisa menarik investor global, karena mereka tidak menghadapi risiko kurs bila harus investasi di negara lain. Sehingga alokasi dana untuk cross country ini mengalami perubahan.

Selain itu, Alfred juga melihat adanya potensisaat ini investor global berpindah dalam bentuk cash. “Kalau pindah juga masuk akal juga bahwa sekarang suku bunga kita juga dibilang turun cukup signifikan dibandingkan 2013-2014,” terang Alfred.

Alfred menambahkan, adanya kebijakan dari Amerika Serikat membuat pertumbuhan ekonomi negara tersebut tumbuh lebih cepat. Pun demikian halnya dengan negara-negara Eropa yang mengindikasikan adanya pertumbuhan ekonomi lebih cepat sehingga harus menaikkan suku bunga.
“Cukup wajar bila ada perubahan. Artinya lebih ke pasar keuangan, bukan sektor riilnya. Hot money yang terjadi berlangsung dalam waktu cepat dan signifikan,” lanjut Alfred.

Prospek tidaknya Indonesia ke depan, salah satunya masih dipengaruhi oleh fluktuasi rupiah. Banyak perhatian pelaku pasar yang masih fokus mengukur kekuatan mata uang garuda kedepan. The Federal Reserve berencana menaikkan suku bunga acuan pada 21 Maret nanti. Bila nanti rupiah masih kuat, hal ini bisa memberikan kepercayaan diri bagi investor global untuk bertahan. “Ini tergantung dari valuasi rupiah, pasar akan melihat seperti apa. Selisih sekecil apa pun fluktuasinya, pasar akan melihat,” ungkapnya.

Teuku Hendry Andrean, Research Manager Shinhan Sekuritas Indonesia menyatakan, pelemahan IHSG belakangan hari sebelumnya, banyak dipengaruhi oleh sentimen global. Terutama karena melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. “Ini efek trade war. Orang di sekitar Trump kini juga pendukung proteksionisme. Cenderung setuju dengan kebijakan Trump terkait dengan tarif impor baja,” katanya

Di Indonesia, pelaku pasar banyak yang keluar dari instrumen saham dan obligasi. Hendry melihat banyak pelaku pasar yang berpindah ke instrumen save heaven seperti mata uang dollar. Hal ini imbas dari menguatnya dollar dari rupiah. “Rupiah tertekan, biasanya indeks cenderung turun. Ada potensi outflow juga dari pasar obligasi,” lanjut Hendry.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×