kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Buy saham CTRA, ini alasan analis


Kamis, 16 November 2017 / 16:46 WIB
Buy saham CTRA, ini alasan analis


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA . PT Ciputra Development Tbk (CTRA) membukukan marketing sales Rp 979 miliar pada Oktober 2017. Angka tersebut tumbuh 36,4% dibanding periode sama tahun 2016.

Analis Samuel Sekuritas, Akhmad Nurcahyadi dalam riset 16 November menyebutkan, angka marketing sales CTRA 36,4% lebih baik dari proyeksinya.

“Kenaikan tajam di luar ekspektasi kami tersebut didorong oleh penjualan blok ke Ascott Singapura sebanyak 192 unit apartemen dan 23 unit untuk function dengan total nilai transaksi Rp675miliar," paparnya.

Secara keseluruhan, pencapaian marketing sales CTRA selama sepuluh bulan pertama tahun ini sudah mencapai Rp 6,2 triliun atau 73,2% target akhir 2017. Pencapaian ini juga lebih baik dari periode sama 2016 yang hanya mencapai 62,4% target pada Oktober.

Akhmad meyakini, CTRA akan mampu mencapai target marketing sales 2017 sebesar 8,5 triliun.

Lebih lanjut, Akhmad menyukai CTRA lantaran perseroan memiliki banyak proyek baru, termasuk poyek joint venture (JV) yang akan meminimalisir risiko operasional ke depan.

"Kami juga percaya CTRA akan menjadi salah satu penerima benefit dari rendahnya suku bunga acuan yang akan mendorong suku bunga KPR dan KPA tetap di level low single digit," imbuhnya.

Data tiga tahun terakhir juga mendukung perkiraan Akhmad, di mana porsi pembayaran konsumen menggunakan hipotek naik tajam menjadi 45% dari 29%pada 2015 dan masih sejalan dengan tahun lalu sebesar 49%.

Akhmad memperkirakan pendapatan CTRA tahun ini akan mencapai Rp 6,9 triliun atau tumbuh 3% dibanding 2016. Sedangkan laba bersihnya naik 6,8% year on year (yoy) menjadi Rp 1,25 triliun.

Akhmad merekomendasikan beli saham CTRA dengan target Rp 1.580 per saham. Adapun risiko investasi jika pelemahan sektor properti berlanjut, angka marketing sales tidak mencapai target serta ada pembalikan arah tren suku bunga Bank Indonesia (BI).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×