kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Beragam rekomendasi analis untuk saham BBTN


Kamis, 27 Oktober 2016 / 19:55 WIB
Beragam rekomendasi analis untuk saham BBTN


Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) membukukan kinerja keuangan yang cemerlang bsepanjang sembilan bulan tahun 2016. Laba bersih dari BBTN tumbuh 33% per September tahun ini sebesar Rp 1,62 triliun dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 1,2 triliun.

Capaian laba bersih itu didorong oleh pendapatan bunga bersih yang juga tumbuh 13% (Year on Year) dari Rp 4,9 triliun menjadi Rp 5,6 triliun di sembilan bulan tahun ini.

Analis Panin Sekuritas Frederik Rasali mengatakan laba bersih di sembilan bulan tersebut telah memenuhi 78% proyeksi selama setahun ini yaitu Rp 2,1 triliun. Yang menarik lagi dari BBTN adalah rasio kredit bermasalah atau non performing loan turun dari 4,4% di sembilan bulan tahun lalu menjadi 3,6% di sembilan bulan tahun ini.

Frederik melihat potensi yang lebih kuat untuk perkembangan BBTN di tahun depan dengan dukungan dari peraturan moneter dimana Loan to value (LTV) diturunkan ke level 75% untuk rumah pertama.

Di samping itu penurunan suku bunga acuan melalui 7 days reverse repo rate menjadi 4,75% juga menjadi pendorong utama bagi pasar untuk melakukan pembelian rumah melalui kredit pemilikan rumah (KPR).

Saat ini yang menjadi resiko adalah likuiditas dari BBTN sendiri dimana loan to deposit ratio (LDR) sudah mencapai 104.3%. "Beberapa program tabungan berhadiah dilaksanakan oleh BTN untuk meningkatkan likuiditas dan dana murah," kata Frederik kepada KONTAN, Kamis (27/10).

Sementara menurut analis MNC Sekuritas Nurulita Harwaningrum yang menarik dari BBTN itu masih di KPR subsidi yang memiliki porsi 47% atas total KPR BBTN. BBTN merupakan pemain utama dalam KPR subsidi ini.

Namun, sampai saat ini BBTN belum menerima fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) dari pemerintah sebesar Rp 5,3 triliun untuk subsidi pinjaman perumahan periode 2014-2015.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah menunda pencairan yang sekarang diantisipasi di November sampai Desember tahun ini.




TERBARU

[X]
×