kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,56   -6,79   -0.73%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Batubara masih dibalut sentimen positif


Rabu, 18 Januari 2017 / 19:02 WIB
Batubara masih dibalut sentimen positif


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga komoditas batubara terus melambung tinggi. Sokongan fundamental yang cukup kuat masih cukup memberi sentimen positif untuk mengkerek harga. Bahkan hingga akhir tahun diperkirakan harganya masih bisa menembus US$ 100 per metrik ton.

Mengutip Bloomberg, Rabu (17/1) pukul 15.31 WIB harga batubara kontrak pengiriman Januari 2017 di ICE Futures Exchange menguat 1,58% ke level US$ 83,35 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Sedangkan jika melihat selama sepekan terakhir harganya sudah menukik hingga 5,77%.

Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoin Futures mengatakan secara fundamental faktor permintaan dan produksi masih terus mendorong penguatan. Menurutnya walaupun pemerintah China telah memerintahkan 11 provinsinya untuk menghentikan lebih dari 100 proyek pembangkit listrik tenaga batubara tetapi sejatinya kebutuhan domestik Negeri Panda itu tetap tinggi.

“Kalau dihubungkan kenapa China menutup tambang batubara itu lebih karena alasan lingkungan. Tingkat polusi mereka kan cukup tinggi,” ujar Deddy kepada Kontan, Rabu (17/1).

Ia mengakui, sekarang ini China memang cukup berambisi menjadi negara pertama yang menggunakan energi alternatif sebagai pembangkit listrik. Namun kenyataannya itu bukan persoalan yang mudah. Untuk mewujukannya masih diperlukan waktu yang tidak singkat karena belum tentu semua semua pembangkit listrik disana siap mengakomodir perubahan kebijakan tersebut.

Deddy optimis impor batubara China ditahun 2017 masih akan tetap tinggi. Berkaca dari tahun 2016, jumlah impor batubara China sepanjang tahun mengalami peningkatan hingga 25% ke level 256 juta metrik ton. Ini merupakan impor batubara China paling besar sejak tahun 2012.

Selain itu, penggunaan gas alam sebagai bahan baku pembangkit listrik di Amerika Serikat (AS) yang jauh mendominasi dibanding batubara juga dianggap dianggapnya tidak sulit mengganjal laju harga. Menurutnya kalaupun terjadi penurunan permintaan di AS dan Eropa, tetapi permintaan dari kawasan Asia masih cukup tinggi.

“Kebutuhan batubara Filiphina, Korea dan Jepang masih cukup tinggi dan itu bisa menjadi sentimen positif,” tandasnya.

Sementara dari sektor produksi sendiri, tahun ini produksi batubara Indonesia diperkirakan masih tetap turun. Apalagi saat ini pemerintah juga tengah membatasi pemberian izin penambangan baru. Tahun lalu saja tercatat produksi batubara domestik menurun hingga 158 juta ton. Angka ini paling rendah sejak tahun 1978.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×