kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Avrist racik ulang komposisi portofolionya


Kamis, 18 Mei 2017 / 20:18 WIB
Avrist racik ulang komposisi portofolionya


Reporter: Olfi Fitri Hasanah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Ketidakpastian global masih bergulir hingga saat ini. Terakhir, pasar lagi-lagi dibuat menunggu. Pasalnya, pengumuman kenaikan peringkat utang Indonesia oleh Standards and Poors (S&P) yang semestinya dilaksanakan Selasa (16/5) lalu, kembali ditunda.

Padahal, kenaikan peringkat Indonesia menjadi investment grade disebut-sebut menjadi angin segar bagi pasar agar dapat lebih menarik bagi investor, khususnya investor asing. Ditambah lagi, pasca Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi menjalankan jabatan.

Kebijakan-kebijakannya menimbulkan kekhawatiran pasar, di antaranya ketegangan geopolitik di Timur Tengah setelah peluncuran rudal pada April lalu. Dilanjutkan dengan uji coba nuklir dari Korea Utara pada akhir pekan lalu sebagai respon terhadap AS.

Tak berhenti di situ, rencana Trump terkait reformasi pajak yang akan memangkas pajak korporasi menjadi 15% pun sesungguhnya tengah dinanti pasar. Diiringi pula dengan ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed yang direncanakan pada bulan Juni mendatang.

Di tengah ketidakpastian yang menyelimuti pasar, para manajer investasi pun harus pintar-pintar mengatur strategi komposisi portofolio yang dikelolanya.

Direktur Avristt Asset Management Hanif Mantiq faktor global yang bersumber dari rencana-rencana besutan Trump tidak lantas mengganggu pasar investasi di Indonesia sepanjang tahun ini. Menurutnya, dampak kebijakan tersebut bersifat jangka panjang.

“Imbas dari kebijakan yang jadi sentimen global seperti realisasi rencana-rencana Presiden AS baru akan terasa sekitar dua atau tiga tahun ke depan,” ujarnya kepada KONTAN, Kamis (18/5).

Namun, ia tidak menampik adanya revisi alokasi porsi portofolio. Ia menggambarkan, pada produk-produk reksadana campuran ada pengurangan porsi di obligasi pemerintah dan dialihkan ke obligasi korporasi. Begitu pun dengan produk pasar uang, yang semula 80% portofolio deposito, perlahan dialihkan ke obligasi korporasi bertenor satu tahun karena imbal hasil deposito terbilang kecil.




TERBARU

[X]
×