Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) bertekad memiliki profil utang yang lebih baik di tahun depan. Pengembang properti berharap bisa menurunkan rasio utang terhadap ekuitas (DER) sebesar 10% di tahun 2015. Salah satu caranya adalah mengurangi beban bunga dan melunasi sisa obligasi berbunga tinggi senilai US$ 66,57 juta atau sekitar Rp 787,65 miliar.
Hendra Kurniawan, Sekretaris Perusahaan ASRI, mengatakan, obligasi tersebut merupakan bagian surat utang global ASRI sebesar US$ 150 juta yang diterbitkan anak usahanya, Alam Sutera International Private Ltd pada tahun 2012. Obligasi itu berbunga 10,75% dan akan jatuh tempo pada 27 Maret 2017.
Belum lama ini, ASRI sudah menerbitkan obligasi baru sebesar US$ 225 juta yang akan digunakan untuk membeli kembali (buyback) obligasi tahun 2012 sebesar US$ 150 juta. Obligasi baru ini berkupon 9%, lebih rendah dibandingkan dengan obligasi lama tersebut. Namun saat melakukan penawaran tender, hanya 55% dari pemegang obligasi (bond holder) yang setuju untuk menjual obligasinya, atau sekitar US$ 82,45 juta.
Nah, manajemen ASRI akan segera menebus sisa obligasi sebesar US$ 65,57 juta pada tahun depan. ASRI memang memiliki call option untuk mempercepat pembayaran surat utang sebelum jatuh tempo. Harga penebusan dibanderol 105,37% jika buyback dilakukan tahun 2015. Sedangkan jika buyback dilakoni tahun 2016, maka harga tebus ditetapkan sebesar 102,68%.
Adapun harga jual obligasi pada saat penawaran sebesar 99,05%. "Memang ada sebagian bond holder yang tidak ingin di-buyback. Namun, kami akan mempercepat penebusan sisa obligasi itu di tahun 2015, untuk mengurangi beban bunga," ujar Hendra kepada KONTAN, Minggu (8/6).
Dengan berkurangnya utang ASRI yang berbunga tinggi, Hendra berharap bisa menjaga DER pada batas maksimum 100%. Saat ini, DER ASRI berkisar 110%.
ASRI memang merupakan emiten properti yang rasio utangnya cukup tinggi. Menilik laporan keuangan ASRI pada Kuartal I 2014, total liabilitas ASRI sebesar Rp 9,85 triliun. Sementara ekuitasnya Rp 5,6 triliun. Utang terbesar berasal dari obligasi yang senilai Rp 5,81 triliun.
Hendra mengatakan, ASRI bakal lebih berhati-hati dalam mencari utang baru. Saat ini Alam Sutera masih menahan ekspansi dan hanya akan menggunakan dana kas untuk belanja modal. Sementara dana dari utang hanya akan dimanfaatkan untuk menggarap proyek-proyek yang menghasilkan pendapatan berkelanjutan (recurring income). "Kalau untuk membeli lahan jangka panjang, kami akan menggunakan ekuitas," jelas Hendra.
Reza Nugraha, Analis MNC Securities, mengemukakan, ASRI memang harus mempercepat pembayaran utang lantaran margin laba mereka masih terkekang oleh beban rugi kurs. Apalagi, dollar Amerika Serikat semakin menguat, sementara ekspansi ASRI tak terlalu besar.
Dengan mempercepat pembayaran utang, Reza yakin DER ASRI bisa menyusut di bawah level 100%. "ASRI termasuk emiten properti yang utangnya sangat tinggi dan banyak dalam dollar AS. Ini yang menjadi kecemasan pertumbuhan ke depan," ujar Reza. Selain itu, minimnya ekspansi membuat cadangan lahan ASRI semakin kecil.
Meski demikian, Reza masih yakin, ASRI bisa kembali pulih. Dia menargetkan menargetkan buy untuk saham ASRI dengan target harga Rp 550 per saham. Pada perdagangan Jumat (6/6), saham ASRI menurun 0,61% menjadi Rp 488 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News