kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Asing profit taking di saham bank dan consumer


Minggu, 04 Februari 2018 / 13:57 WIB
Asing profit taking di saham bank dan consumer
ILUSTRASI. BEI


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepekan terakhir yang berakhir Jumat (2/2), pemodal asing mencatat aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 4,24 triliun. Di periode yang sama, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan PT H M Sampoerna Tbk, menempati posisi tiga teratas saham yang paling banyak dijual asing.

Mengutip RTI, net sell asing terbesar selama seminggu terakhir tercatat pada saham BBRI dengan nilai Rp 1,3 triliun. Diikuti, saham TLKM dengan net sell asing sebesar Rp 765,2 miliar. Di urutan ketiga, ada saham HMSP dengan net sell asing sebesar Rp 261,9 miliar.

Sederet saham likuid lainnya juga turut menjadi sasaran aksi jual asing, seperti UNVR, BMRI, ASII, BBNI, UNTR, GGRM, dan INDF.

Kepala Riset OSO Sekuritas Riska Afriani menilai, aksi jual asing seminggu terakhir merupakan representasi profit taking yang dilakukan. Ia menilai asing wajar merealisasikan keuntungannya saat ini. Sebab, saham-saham yang banyak dijual itu sudah mulai dikoleksi investor asing sejak akhir tahun lalu. Realisasi keuntungan terutama terjadi pada saham sektor perbankan dan barang konsumsi.

Meski demikian, Riska tak menampik ada sentimen khusus pada beberapa saham tertentu yang mendorong asing keluar. Pada saham TLKM misalnya, ada kekhawatiran asing soal kelangsungan satelit TLKM, kendati kinerjanya masih bagus. “Asing belum masuk lagi, karena potensinya dinilai kurang,” paparnya, Jumat (2/2).

Selain itu, Riska melihat adanya kecenderungan wait and see dari asing, sehingga mereka memilih untuk melakukan asi jual terlebih dahulu. Pemicunya, ada beberapa sentimen dari luar negeri, seperti Federal Open Market Committee (FOMC) meeting serta kondisi geopolitik.

Meski demkian, Riska melihat bahwa asing tak benar-benar keluar dari pasar saham. Asing menurutnya beralih ke saham yang lebih murah. Adapun saham-saham tersebut terdiri dari saham berkapitalisasi pasar besar dan menengah di sektor pertambangan dan properti.

Lihat saja, seminggu terakhir, asing mulai melakukan aksi beli pada saham tambang seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO), dan property seperti PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).

Pada momentum rilis kinerja emiten yang berlangsung Februari-Maret 2018, menurut Riska, asing berpotensi kembali mencatatkan aksi beli bersih. “Tahun lalu, domestik mengambil peran asing, tahun ini sepertinya domestik dan asing akan saling mengejar” tutur Riska.

Dalam momentum ini, Riska menjagokan saham perbankan, pertambangan, barang konsumsi, dan properti. Menurutnya, meski banyak dijual asing, investor masih bisa masuk ke saham PT Bank Negara Indoensia TBk (BBNI), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×