kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,47   -12,05   -1.29%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Penguatan harga saham WSKT terdorong omnibus law soal pembebasan lahan


Senin, 19 Oktober 2020 / 17:51 WIB
Analis: Penguatan harga saham WSKT terdorong omnibus law soal pembebasan lahan
ILUSTRASI. Pekerja beraktivitas pada proyek infrastruktur jalan tol Becakayu yang dikerjakan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) di Jakarta, Selasa (19/9). KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mengalami penguatan paling tinggi selama sepekan terakhir bila dibandingkan emiten konstruksi pelat merah lainnya. Pada perdagangan Senin (19/10) saham WSKT ditutup di level Rp 730 atau menguat 12,31% dalam sepekan. 

Kemudian disusul oleh PT Adhi Karya Tbk (ADHI) yang hanya menguat 5,31% dalam sepekan, ditutup pada harga Rp 595. Sedangkan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang menguat 2,88% ditutup pada harga Rp 1.250 dalam sepekan, dan PT PP Tbk (PTPP) yang tercatat menguat 2,21% dalam sepekan. Pada perdagangan hari ini PTPP ditutup pada level Rp 925. 

Analis Panin Sekuritas Ishlah Bimo Prakoso menjelaskan saham WSKT terdorong dari Undang-undang Cipta Kerja yang mengatur soal penyederhanaan pembebasan lahan. Hal ini berdampak positif bagi Waskita Karya karena mayoritas proyek yang dimiliki berupa jalan tol yang paling membutuhkan proses pembebasan lahan. 

Baca Juga: Ini penyebab saham emiten konstruksi BUMN kompak menguat dalam sepekan terakhir

Meski saham WSKT mengalami kenaikan paling kuat, Bimo menambahkan, secara fundamental WSKT paling sulit untuk menjaga margin karena memiliki porsi utang yang cukup tinggi. "Ke depan yang kita tunggu adalah arus kas yang masuk dari pembayaran proyek," jelas Bimo, Senin (19/10). 

Di tengah masa pemulihan ini, lanjut Bimo, dia cukup selektif untuk melihat neraca emiten dalam membuat keputusan investasi. "Emiten dengan neraca solid, secara business wise punya potensi buat menjaga margin dan punya peluang besar untuk mengambil momen pemulihan," imbuhnya. 

Secara neraca Bimo melihat yang saat ini solid adalah WIKA dan PTPP. Net gearing ratio WIKA di 0,82 kali dan PTPP 0,92 kali, berada di bawah rata-rata peers-nya yaitu 1,47 kali. Sedangkan ADHI ada hal positif dari LRT, karena sejak pembebasan lahan di Bekasi, pembangunannya cukup baik. Januari 2020 progres pengerjaan masih 67% sekarang sudah 76%. 

"Lalu buat ADHI yang kita tunggu adalah diversifikasi proyek dari lelang beberapa jalan tol di Jawa. Karena saat ini ADHI kan konsentrasinya di Tol Aceh Sigli dan LRT," imbuhnya. 

Baca Juga: Begini rencana bisnis kelistrikan Adaro Energy (ADRO)

Lebih lanjut, hingga akhir 2021 Bimo melihat masih masih ada prospek positif untuk sektor konstruksi. Terutama karena banyak proyek yang seharusnya lelang di tahun ini, akan dialihkan sampai tahun depan. Ditambah juga ada penyederhanaan regulasi pembebasan lahan, sehingga tahun depan konstruksi punya potensi untuk pulih.

Adapun, lanjut Bimo, investasi di sektor konstruksi membutuhkan horizon yang panjang, minimal 6 bulan sampai satu tahun. Bimo menetapkan target harga untuk WIKA Rp 1.350 dan PTPP Rp 1.150. Sedangkan ADHI Rp 780 dan WSKT masih dalam under review.

Selanjutnya: Akan ekspansi, Sarana Meditama Metropolitan (SAME) siapkan dana Rp 1,25 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×