Sumber: TribunNews.com | Editor: Yudho Winarto
"Karena selama ini mereka hidup dalam roh perusahaan non Tbk. Jadi pekerja banyak yang tidak mengetahui kondisi perusahaannya sendiri karena tidak ada penjelasan. Menjadi Tbk adalah jalan yang paling ideal untuk menetralisir problematika ini," imbuh Lucky.
Contoh kasus yang masih menjadi pertanyaan publik menurutnya adalah seringnya pemerintah sebagai pemegang saham Pertamina mengganti pucuk pimpinan perusahaan migas tersebut.
"Dengan menjadi Tbk, publik dan pekerja bisa memberikan penghakiman yang tidak bisa dilakukan pada perusahaan tertutup. Selama ini kita tidak tahu kenapa Direktur Utama Pertamina sering diganti. Padahal Pertamina itu aset yang potensial, kenapa hanya pemerintah saja yang tahu alasan dibalik pergantian Direksi. Sementara tagline-nya BUMN untuk negeri," tegasnya.
Dihubungi terpisah, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djayadi menyatakan sangat mendukung jika semakin banyak perusahaan pelat merah atau anak usahanya melantai di bursa. "Supaya bisa menyemarakkan pasar modal, dan lebih transparan juga," kata bos baru BEI tersebut.
Dikutip dari laman Kementerian BUMN, jumlah perusahaan pelat merah sampai akhir 2017 tercatat sebanyak 115 perusahaan. Namun hanya 19 BUMN atau 16,5 % saja yang sudah go public, di luar anak-anak perusahaan yang juga melantai di bursa.
Padahal menurut Inarno, dengan semakin banyak BUMN yang sahamnya diperdagangkan di BEI maka pasar modal Indonesia jadi lebih menarik bagi investor. Selain itu, BUMN juga diuntungkan karena pasar modal merupakan sarana yang menarik untuk mencari pendanaan bisnis jangka panjang. (Sanusi)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Keuangan Pertagas Dinilai Lebih Akuntabel Pasca Integrasi dengan PGN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News