kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jangka panjang, prosek rupiah kian positif


Senin, 22 Mei 2017 / 09:38 WIB
Jangka panjang, prosek rupiah kian positif


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Peringkat investment grade yang disematkan Standard & Poor's (S&P) pada Indonesia menyokong prospek rupiah dalam jangka panjang. Peluang penguatan rupiah kian besar di tengah gejolak politik yang melanda Amerika Serikat (AS).

Di pasar spot, Jumat (19/5), valuasi rupiah menguat 0,23% menjadi Rp 13.325 per dollar AS dibanding dengan hari sebelumnya. Tapi kurs tengah rupiah di Bank Indonesia turun 0,5% ke level Rp 13.401 per dollar AS.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto menjelaskan, keputusan S&P menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi memberi sedikit dorongan kurs rupiah akhir pekan lalu. Tetapi lantaran pasar sejatinya sudah mengantisipasi, kurs rupiah cuma naik tipis. Apalagi lembaga pemeringkat lainnya sudah lebih dahulu memberi rating investment grade pada Indonesia.

Tapi, peringkat terbaru S&P akan membuat arus modal asing yang masuk ke dalam negeri kian deras. Apalagi ada beberapa negara yang cenderung konservatif dalam berinvestasi, seperti Jepang. Peringkat investment grade ini membuat investor asing lebih berani masuk ke Indonesia.

Perbaikan rating dari S&P juga menunjukkan kepercayaan yang tinggi pada Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Keduanya dianggap sebagai tokoh reformis yang akan membawa ekonomi Indonesia lebih baik.

Politik Amerika

Rully melihat, sentimen dari luar negeri juga menyokong rupiah. AS tengah diterpa sejumlah isu, seperti potensi pemakzulan Presiden Donald Trump. Kondisi politik dan ekonomi AS ke depan, menurut Rully, masih belum jelas. Apalagi Presiden Trump seringkali mengambil keputusan di luar perkiraan pasar.

Tapi ia menilai BI tidak akan membiarkan rupiah menguat terlalu signifikan. "Penguatan rupiah yang terlalu besar akan berbahaya karena mengganggu ekspor," lanjut Rully. Hingga akhir semester pertama, rupiah diprediksi bergerak di kisaran Rp 13.250-Rp 13.350 per dollar AS.

Pendapat Ekonom Bank Central Asia David Sumual juga setali tiga uang. Ia yakin, jika rupiah terlalu kuat, BI akan melakukan intervensi. Ia memperkirakan nilai tukar rupiah di paruh pertama tahun ini akan berkisar Rp 13.000-Rp 13.300 per dollar AS. "Sejauh ini, rupiah masih positif dengan arah pergerakan ke Rp 13.200 per dollar AS, atau bahkan lebih kuat," kata dia.

Rupiah juga tidak akan menguat terlalu tinggi karena kebutuhan dollar AS pada kuartal kedua biasanya naik, terutama jelang hari raya Idul Fitri dan musim liburan.

Selanjutnya di semester kedua, spekulasi kenaikan suku bunga The Fed kembali menguat. Probabilitas suku bunga The Fed akan naik bulan Juni ini sudah turun ke bawah 50%. Tetapi masih ada potensi bunga naik di September dan Desember mendatang.

Sedangkan kondisi fundamental dalam negeri masih positif. Jika penguatan rupiah berlanjut, maka likuiditas akan semakin banyak dan mendorong pertumbuhan kredit. Imbasnya akan positif pada pertumbuhan ekonomi tahun ini, yang diperkirakan mencapai 5,3%. Hingga akhir tahun, rupiah diperkirakan bergulir di kisaran Rp 13.000-Rp 13.500 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×