kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Semakin diminati, banyak manajer investasi terbitkan ETF sepanjang tahun ini


Kamis, 11 Juni 2020 / 22:02 WIB
Semakin diminati, banyak manajer investasi terbitkan ETF sepanjang tahun ini
ILUSTRASI. Peluncuran reksadana indeks & exchange traded fund (ETF) semakin marak.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peluncuran reksadana indeks & exchange traded fund (ETF) semakin marak. Sejak awal tahun hingga hari ini, Kamis (11/6) setidaknya tercatat sudah ada enam produk reksadana indeks & ETF yang sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Jumlah ini lebih tinggi dibanding tahun lalu di mana hanya ada empat reksadana indeks & ETF yang diluncurkan hingga akhir Juni 2019.

Head of Business Development PT Avrist Asset Management Farash Farich mengaku tidak heran dengan perkembangan tersebut. Farash menilai saat ini secara global trennya investor memang lebih menaruh minat terhadap reksadana dengan strategi pasif seperti reksadana indeks & ETF.

“Di Indonesia trennya juga terlihat sama karena minat investor berkembang ke arah pengelolaan reksadana secara pasif. Sehingga Manajer Investasi (MI) juga menyiapkan lini produk yang sesuai dengan minat tersebut,” ujar Farash kepada Kontan.co.id, Kamis (11/9).

Baca Juga: ETF makin diburu, Insight Investment Management meluncurkan produk baru

Asal tahu saja, keenam reksadana indeks & ETF yang tercatat di BEI, antara lain: Reksadana Indeks BNI-AM ETF MSCI ESG Indonesia pada 9 Januari 2020, Reksadana Indeks STAR ETF Sri Kehati pada 31 Januari 2020, Reksadana Premier ETF MSCI Indonesia Latge Cap pada 4 Maret 2020, Reksadana Indeks Syailendra ETF MSCI Indonesia ESG Universal Index pada 5 Mei 2020, dan teranyar Reksadana Indeks Insight ETF FTSE Indonesia Low Volatility Factor Index pada hari ini (11/9).

Farash menerangkan, reksadana indeks dan ETF secara umum memiliki strategi yang sama. Pembedanya terletak pada mekanisme jual/beli reksadana tersebut. Reksadana ETF transaksinya dalam satu hari bisa terdapat berbagai NAB per unit yang dijadikan harga transaksi mengikuti pergerakan harga efek sepanjang hari tersebut. Investor pun dapat melakukan daily trade ETF.

Sementara reksadana indeks transaksinya seperti reksadana biasa melalui manajer investasi sehingga hanya ada satu harga transaksi di akhir hari seperti reksadana umumnya. “Oleh karena itu, untuk investor yang ingin tracking kinerja reksadana vs benchmark lebih mudah dengan reksadana indeks karena menggunakan closing price sama seperti benchmark. Berbeda dengan ETF yang sistem transaksinya melalui sistem bursa seperti transaksi saham dengan biaya yang serupa seperti transaksi saham,” terang Farash.

Baca Juga: Wall Street merosot meski The Fed menjanjikan stimulus terus mengucur

Di sisi lain, Avrist juga memiliki reksadana ETF yakni Avrist ETF Fixed Rate 1 Bond. Namun reksadana ETF milik Avrist cukup berbeda karena berbasis obligasi. Farash pun tak menampik bahwa ETF obligasi di Indonesia belum dikenal secara luas layaknya ETF saham.

“Namun mulai ada traction di secondary market terutama dari investor individu. Hal ini karena mereka melihat manfaat untuk diversifikasi dari saham dari sisi return, risiko dan fluktuasi serta regular income-nya,” jelas Farash.

Hingga akhir Mei kemarin, Farash menyebut kinerja Avrist ETF Fixed Rate 1 Bond tumbuh 0,49% secara year to date. Ia berharap, hingga akhir tahun kinerjanya bisa tumbuh hingga 5%-5,25%.

“Sementara untuk 12 bulan ke depan, kami berharap kinerja bersihnya dapat mencapai sekitar 7,5%-8% setelah pajak dan biaya-biaya,” pungkas Farash.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×