kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penguatan rupiah diprediksi hanya bersifat temporer


Kamis, 22 Agustus 2019 / 22:06 WIB
Penguatan rupiah diprediksi hanya bersifat temporer
ILUSTRASI. Nilai tukar rupiah


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan tipis nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini (22/8) dinilai hanya bersifat temporer. Didukung lagi langkah Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuannya kembali sebanyak 25 basis poin (bps) menjadi 5,5% di Agustus.

Mengutip Bloomberg, pada perdagangan Kamis (22/8) nilai tukar rupiah sukses ditutup menguat tipis 0,03% ke level Rp 14.239 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.243 per dolar AS.

Sedangkan menurut data kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau dikenal JISDOR, rupiah tercatat menguat sebanyak 25 poin di level Rp 14.234 per dolar AS.

Baca Juga: Menanti sinyal The Fed, rupiah masih stabil

Presiden Commissioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo mengatakan, langkah pemangkasan suku bunga acuan BI, sudah diekspektasikan akan terjadi. Ini mengingat, imbas tensi perdagangan dunia dan kondisi geopolitik mempengaruhi perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Adapun penguatan IDR saat ini bersifat temporer, hanya efek sementara dari pemangkasan suku bunga BI. "Ini belum mencerminkan keseluruhan efek penguatan," kata Sutopo kepada Kontan, Kamis (22/8).

Selain itu, langkah pemangkasan suku bunga acuan BI kali ini dianggap sebagai tindakan antisipasi terhadap kegagalan pemangkasan suku bunga acuan The Fed, mengingat ada 2 member dari The Fed yang tetap menginginkan suku bunga acuan tidak berubah.

Baca Juga: Secara teoritis, rupiah sudah undevalue 9%

Padahal, sebagaimana diketahui bahwa Presiden AS Donald Trump terus memberi tekanan dan intimidasi melalui media terkait suku bunga AS yang dianggap terlalu tinggi.

Meskipun begitu, pergerakan rupiah yang berada di kisaran Rp 14.230 per dolar AS saat ini, dianggap sudah di bawah level psikologi kuartal yakni Rp 14.250 per dolar AS. Sutopo pun menilai penguatan bisa berada pada level Rp 14.175 jika berlanjut sebelum pengumuman The Fed dan pernyataan Jerome Powell pada final Jackson Hole.

"Dengan begitu, mungkin rupiah bisa berada pada harga Rp 14.100 per dollar AS - Rp 14.150 per dollar AS di jangka pendek. Sedangkan hingga akhir tahun, rupiah akan berada di kisaran Rp 14.000 per dolar AS hingga Rp 14.500 per dolar AS," jelas Sutopo kepada Kontan.co.id, Kamis (22/8).

Baca Juga: IHSG melemah, analis nilai BI masih perlu pangkas suku bunga

Ke depannya, rumor yang beredar bahwa The Fed bakal memangkas suku bunganya setidaknya dua kali lagi di akhir tahun, masih jadi penantian pelaku pasar. Potensi realisasinya pun mengacu pada beberapa indikator ekonomi AS, seperti pertumbuhan ekonomi yang masih dinamis dan belum terlalu bagus.

Selain itu, The Fed juga melihat perlambatan pertumbuhan merupakan efek dari gagasan Trump terkait perang dagang. Untuk itu, Bank Sentral AS tersebut masih berusaha untuk objektif dalam mengambil tindakan.

Sutopo juga menilai kalau pasar sudah mengantisipasi penguatan dollar AS dari jauh-jauh hari sebelumnya, dan memperkirakan bakal ada pergerakan besar dalam waktu dekat. "Sebagai akibat taking profit dari investor, maka hal itu bisa membuat rupiah kembali ke harga Rp 14.000 per dolar AS," ujarnya.

Baca Juga: Aplikasi perencana keuangan Moneesa resmi meluncur, simak fitur-fiturnya

Sebaliknya, jika ternyata sikap The Fed cenderung netral atau bahkan hawkish, itu bisa menekan harga rupiah. Namun, Sutopo optimistis dampaknya hanya sesaat, meskipun rupiah diprediksi belum akan bisa menyentuh level di bawah Rp 14.000 per dollar AS tahun ini.

Menurutnya, rupiah yang terlalu kuat juga akan berdampak negatif bagi kinerja ekspor Tanah Air. Walaupun, secara fundamental rupiah masih memiliki peluang menuju level di bawah Rp 14.000 per dolar AS.

"Dengan fundamental kita yang bagus, IDR bisa bermain di area sekitar Rp 13.800 per dollar AS hingga Rp 14.000 per dolar AS," katanya.

Baca Juga: DPR setujui RUU APBN 2020 untuk dibahas lebih lanjut

Hanya saja, potensi tersebut kembali lagi pada kondisi market. Sutopo mengungkapkan pasar akan dengan gampang memutarbalikkan kondisi, ditambah lagi kaitannya yang erat dengan sentimen eksternal seperti The Fed dan perang dagang AS-China, yang hingga akhir tahun ini masih tidak menentu.

Apalagi, Trump hanya menunda sementara rencana kenaikan tarif impor pada beberapa produk China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×