kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indeks S&P 500 dan Dow Jones flat, jatuhnya saham Cisco diimbangi kenaikan Walmart


Kamis, 14 November 2019 / 23:06 WIB
Indeks S&P 500 dan Dow Jones flat, jatuhnya saham Cisco diimbangi kenaikan Walmart
ILUSTRASI. Traders work on the floor at the New York Stock Exchange (NYSE) in New York, U.S., November 11, 2019. REUTERS/Brendan McDermid


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks acuan S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average bergerak datar pada perdagangan Kamis (14/11). Meski demikian, masih bergerak di dekat level tertingginya di tengah perkiraan kinerja tak memuaskan dari Cisco dan kenaikan saham Walmart.

Melansir Reuters, pukul 10:23 waktu setempat, Dow Jones Industrial Average naik 1,98 poin atau 0,01%, pada 27.785,57, S&P 500 naik 2,08 poin atau 0,07% pada 3.096,12, dan Nasdaq Composite turun 5,99 poin, atau 0,07% pada 8.476,11.

Baca Juga: Semakin sore, harga emas spot melejit dikisaran US$ 1.469,49 per ons troi

Saham Cisco Systems Inc turun 7,6% setelah perseroan mengumumkan pendapatan kuartal III akan turun 3% menjadi 5% di tengah penurunan penjualan global untuk router dan switch-nya, beberapa di antaranya dibuat di China.

Namun, saham Walmart Inc melonjak 1,8% karena peritel terbesar dunia itu menaikkan prospek pendapatan tahunannya. Hasilnya menunjuk pada kuatnya permintaan konsumen domestik, menjelang laporan penjualan ritel pada hari Jumat.

Baca Juga: Memburuknya sentimen perang dagang AS-China, membuat timah melemah hingga 2020

Saham ritel naik 0,61% di tengah berita Walmart. Delapan dari 11 sektor indeks acuan S&P menghijau, dengan sektor diskresi konsumen memberikan dorongan terbesar. Indeks teknologi terkoreksi 0,20%, terseret saham Cisco.

Harapan resolusi penyelesaian sengketa perdagangan serta musim pendapatan perusahaan yang optimistis telah mendorong Wall Street ke rekor tertinggi bulan ini.

Tapi, Presiden AS Donald Trump baru-baru ini membuyarkan ekspektasi itu dengan kembali menebar ancaman untuk menaikkan tarif jika kesepakatan dagang dengan China gagal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×