Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volatilitas imbal hasil atau yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) jadi alasan naik turunnya nilai tukar rupiah dalam sepekan terakhir.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (15/1) rupiah ditutup menguat 0,28% ke level Rp 14.020 per dollar AS, moderat atau sama dengan catatan rupiah di Jumat (8/1).
Sedangkan data kurs tengah Bank Indonesia (JISDOR) mencatatkan pelemahan rupiah 0,07% ke level Rp 14.068 per dollar AS dalam sepekan.
Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengungkapkan, naik turunnya tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS mendorong pelemahan dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Baca Juga: BI perkirakan inflasi Januari 2021 sebesar 0,38%
"Di awal pekan, yield obligasi AS masih menguat sehingga mendorong pelemahan rupiah dan di pertengahan, yield obligasi mulai menurun sehingga membantu penguatan rupiah," kata Ariston kepada Kontan.co.id, Jumat (15/1).
Di samping itu, pengumuman proposal stimulus fiskal AS oleh Joe Biden senilai US$ 1,9 triliun di akhir pekan ini juga membantu penguatan nilai tukar rupiah.
Adapun sentimen internal penggerak rupiah pekan ini, diungkapkan Ariston datang dari program vaksinasi di awal pekan dan data neraca perdagangan Desember 2020 yang kembali surplus dan sukses memberikan sentimen positif ke mata uang Garuda.
"Kalau dari grafik, dibandingkan penutupan Jumat pekan lalu, rupiah pekan ini cenderung stabil," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
