Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Semen Indonesia Persero Tbk (SMGR) menargetkan penjualan semen sepanjang tahun ini tembus 29 juta ton. Target volume penjualan semen tersebut meningkat sekitar 9,64% dari realisasi penjualan semen pada 2015 sebanyak 26,45 juta ton.
Semen Indonesia memprediksi harga jual semen mereka tahun ini berada di kisaran Rp 900.000–Rp 1 juta per ton. Mengacu pada proyeksi harga jual itu, Semen Indonesia bisa mengantongi pendapatan Rp 26,1 triliun–Rp 29 triliun jika target volume jualan tersebut bisa terpenuhi.
Namun, realisasi penjualan semen pada kuartal I-2016 belum mendukung target itu. Semen Indonesia menyatakan, penjualan semen kuartal I-2016 stagnan ketimbang kuartal I-2015. Tapi, perusahaan pelat merah ini menyebutkan, histori penjualan semen pada triwulan pertama memang biasanya belum agresif.
Penyebab permintaan semen kuartal satu belum agresif karena belum banyak proyek anyar yang berjalan. "Selain juga masih hujan, biasa memang begitu," kata Direktur Utama PT Semen Indonesia Persero (Tbk) Suparni, Jumat (22/4).
Namun begitu, manajemen Semen Indonesia optimistis pasar semen bakal mulai atraktif pada kuartal II-2016. Makanya, sepanjang kuartal I-2016 kemarin, perusahaan tersebut juga menyempatkan diri untuk melakukan pemeliharaan mesin di semua pabrik. Tujuan mereka agar bisa segera memacu produksi pada triwulan kedua tahun ini.
Tak cuma mempersiapkan performa mesin produksi lawas, Semen Indonesia juga mempersiapkan penambahan dua pabrik semen baru. Kedua pabrik tersebut terletak di Rembang Jawa Tengah dan Padang, Sumatera Barat. Pabrik di Padang adalah pabrik Indarung VI.
Saat ini Semen Indonesia masih dalam proses penyelesaian konstruksi kedua pabrik tersebut. Perusahaan berkode saham SMGR di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu mengejar jadwal operasional kedua pabrik pada tahun ini juga.
Jadwal Semen Indonesia, pabrik semen Rembang masuk tahap uji coba produksi pada September 2016. Sementara jadwal pabrik semen Indarung VI menjajal produksi perdana sebulan setelahnya, yakni Oktober 2016.
Produksi maksimal
Lantaran masih dalam tahap uji coba produksi, target kapasitas produksi kedua pabrik tadi belum maksimal. Perkiraan Semen Indonesia, masing-masing pabrik semen akan berkapasitas produksi 400.000 ton–500.000 ton per tahun pada tahun 2016. "Jadi tahun ini produksinya masih sedikit," kata Suparni.
Kapasitas produksi pada masa uji coba produksi tersebut setara dengan 13,33%-16,67% dari rancangan kapasitas produksi penuh, yakni sebesar 3 juta ton semen per tahun. Semen Indonesia menjadwalkan, kedua pabrik bisa berkapasitas produksi penuh mulai tahun 2017. Jadi tahun depan, ada tambahan kapasitas produksi 6 juta ton semen per tahun dari pabrik pabrik Rembang dan Indarung VI.
Manajemen Semen Indonesia sebelumnya pernah menyatakan, kapasitas produksi semen tahun 2016 bakal mencapai 30 juta ton semen. Selain pabrik Rembang dan Indarung VI, tahun ini mereka akan mendirikan pabrik dengan skema joint venture (JV) dengan investor lokal.
Pabrik di Aceh itu akan menempati lahan seluas 1.548 hektare (ha). Kapasitas produksi pabrik Aceh juga 3 juta ton semen per tahun.
Hanya saja patut dicatat, di tengah hasrat ekspansi yang membuncah, Semen Indonesia sejatinya berhadapan dengan tantangan industri semen sendiri. Pasokan semen yang berlimpah tak diimbangi dengan permintaan pasar. Alhasil margin produsen semen berpotensi tertekan.
Dalam pemberitaan Harian KONTAN Maret 2016, Mimi Halimi, Analis KDB Daewoo Securities memperkirakan, produksi semen nasional tahun ini akan menyentuh 90 juta ton. Proyeksi produksi semen itu jauh lebih tinggi ketimbang realisasi penjualan semen pada tahun 2015 yakni 60 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
