kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

S&P global naikkan rating utang, bukan jaminan hemat pembayaran bunga utang


Rabu, 12 Juni 2019 / 19:02 WIB
S&P global naikkan rating utang, bukan jaminan hemat pembayaran bunga utang


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen positif menyelimuti pasar obligasi domestik pasca naiknya peringkat kredit jangka panjang Indonesia oleh S&P Global Ratings dari BBB- menjadi BBB, Jumat (31/5) lalu. Ini juga tampak dari mulai turunnya yield Surat Utang Negara (SUN) acuan bertenor 10 tahun.

Mengutip Bloomberg, yield hari ini, Rabu (12/6), berada pada level 7,72%. Yield mengalami penurunan jika dibandingkan dengan posisinya pada 29 Mei lalu yang masih di level 8,01%.

Direktur Jenderal Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemkeu) Luky Alfirman mengatakan, sentimen positif dari kenaikan rating utang Indonesia sudah tampak sejak akhir pekan lalu.

“Jumat (31/5) sudah turun sekitar 13 basis poin (bps), Senin turunnya sekitar 15 bps, dan hari ini (Selasa) turun 5 bps lagi,” kata Luky saat ditemui Kontan di DPR, Selasa (11/6).

Meski demikian, Luky mengatakan, sejatinya banyak faktor yang memengaruhi pergerakan yield SUN, terutama faktor global. Ia tak menampik bahwa ketidakpastian dan volatilitas yang sangat tinggi pada perekonomian dunia membuat pergerakan yield SUN menjadi sulit diprediksi. 

Luky berharap, sentimen positif dari kenaikan rating utang Indonesia bisa dimanfaatkan. Termasuk dalam rangka mengurangi beban pembayaran bunga utang pemerintah seiring dengan menurunnya yield.

“Pasti akan berpengaruh perhitungan terhadap beban biaya bunga utangnya. Pokoknya sentimen rating S&P sangat positif saat ini, dan kita manfaatkan momentum positif tersebut,” lanjutnya.

Ia mengaku tak dapat memprediksi seberapa besar penghematan anggaran yang bisa dilakukan dari menurunnya yield dan beban bunga utang pemerintah. Menurutnya, hal tersebut belum dapat disimpulkan lantaran pemerintah masih perlu melihat dinamika pasar obligasi domestik hingga akhir tahun.

Per April, pembayaran bunga utang pemerintah mencapai Rp 82,6 triliun atau tumbuh 3,08% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pembayaran bunga utang tersebut telah memenuhi 29,94% dari pagu yang ditetapkan dalam APBN 2019 yaitu sebesar Rp 275,89 triliun.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal menilai, tren penurunan yield SUN semestinya berpengaruh terhadap beban bunga utang ke depan. Namun, seberapa signifikan penghematan pembayaran bunga utang juga bergantung dari seberapa besar utang baru yang akan diambil oleh pemerintah selanjutnya.

“Meski tingkat imbal hasil turun, tapi kalau volume utang bertambah tetap saja beban bunga utang besar. Apalagi, prospek pelebaran defisit anggaran tahun ini membesar karena pertumbuhan penerimaan sangat lambat,” kata Faisal, Selasa (11/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×