kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sebagian besar harga saham LQ45 berkinerja negatif, ini prospeknya menurut analis


Senin, 21 Juni 2021 / 19:50 WIB
Sebagian besar harga saham LQ45 berkinerja negatif, ini prospeknya menurut analis
ILUSTRASI. Karyawan melintas di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 masih menjadi sentimen yang menghantui pasar saham Indonesia. Sejak pertengahan Mei 2021, jumlah kasus positif baru di Indonesia perlahan menanjak.

Bahkan, mulai 17 Juni 2021, penambahan kasus baru sudah melebihi angka 12.000 kasus per hari. Sementara rata-rata penambahan kasus harian selama tujuh hari hingga 20 Juni 2021 adalah sebanyak 11.222 kasus.

Dengan mengacu pada indeks LQ45, sebagian besar saham yang menjadi anggota indeks tersebut memang masih memperlihatkan kinerja negatif secara year to date (ytd). Hanya sebagian saham yang menunjukkan pergerakan harga positif.

Secara rinci, saham-saham yang pada tahun lalu berkinerja positif dan tahun ini bertahan di zona hijau adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA), dan PT Japfa Tbk (JPFA).

Baca Juga: IHSG melemah 0,18% ke 5.996 pada perdagangan Senin (21/6), net buy asing Rp 2,10 T

Sebaliknya, ada saham-saham yang tahun lalu mencatatkan kenaikan harga, tetapi tahun ini justru bergerak negatif. Saham-saham tersebut adalah PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP), PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT PP (Persero) Tbk (PTPP), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Sementara itu, ada juga saham-saham yang tahun lalu berkinerja negatif dan sepanjang 2021 berjalan tetap bertengger di zona merah. Saham-saham yang dimaksud adalah PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), PT Tjiwi Kimia Tbk (TKIM), PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk (INTP), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS), dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN).

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai, MDKA, ANTM, dan ITMG masih memperlihatkan kenaikan harga, sebab prospek emiten pertambangan dan batubara pada 2021 memang masih cukup baik. Hal ini seiring dengan pergerakan harga komoditas yang secara rata-rata lebih tinggi dari tahun lalu sejalan dengan naiknya permintaan dari negara mitra dagang.

Alhasil, kenaikan harga tersebut dapat menjadi penopang peningkatan average selling price (ASP) emiten yang bersangkutan. Okie juga melihat, ANTM dan MDKA sudah diperdagangkan di atas rata-rata price earning ratio (PER) industrinya.

Akan tetapi, menurut dia, peluang perbaikan kinerja keuangan dapat menyesuaikan valuasi tersebut. Okie merekomendasikan investor untuk buy ANTM dengan target harga jangka panjang Rp 2.650 per saham dan MDKA Rp 2.920 per saham.

Meskipun begitu, dalam jangka pendek, Okie melihat harga komoditas berpotensi turun dalam waktu dekat. 

"Intervensi dari China yang telah terdampak pada turunnya beberapa komoditas dinilai masih dapat berlanjut hingga pertengahan kuartal III-2021," kata Okie saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (21/6).

Menurut Okie, intervensi tersebut dilakukan untuk menjaga suplai dan permintaan karena pemulihan produksi dari sektor riil belum merata. Mengingat, harga komoditas sudah naik terlalu masif sehingga berdampak pada peningkatan biaya produksi.

Baca Juga: IHSG melemah 0,18% ke 5.996 di perdagangan Senin (21/6), asing beli SMMA, BBNI, BBRI

Analis Jasa Utama Capital Chris Apriliony menambahkan, saham-saham telekomunikasi seperti TOWR dan TBIG serta retail seperti ERAA juga masih memiliki potensi upside. 

"Meski harga tidak dapat dikatakan murah, saham-saham tersebut masih cukup menarik untuk hold karena kinerja perusahaan yang cukup baik membuktikan bahwa emiten dapat beradaptasi dan dan menyesuaikan dengan kondisi saat ini," tutur Chris.

Selain saham-saham tersebut, Chris juga menilai, saham sektor teknologi menarik untuk diperhatikan. Hal ini seiring dengan tingginya tingkat penyebaran corona dan bayang-bayang lockdown yang pada akhirnya akan meningkatkan kebutuhan masyarakat terhadap perusahaan berbasis teknologi.

Okie juga berpendapat, sektor perbankan berpotensi lebih baik pada tahun ini. "Harapannya pada tahun ini membaiknya kualitas kredit dapat berdampak pada melandainya non-performing loan (NPL)," ucap dia.

Sebagaimana diketahui, naiknya risiko pencadangan kerugian pada tahun lalu memberikan dampak pada turunnya perolehan laba emiten perbankan sehingga menjadi sentimen negatif bagi saham perbankan. 

Okie masih mempertahankan rekomendasi buy untuk sektor perbankan, khususnya BBTN dengan target harga Rp 2.120 per saham dan BMRI Rp 6.525 per saham.

Sementara Chris melihat, saham-saham kinerjanya merosot yang tahun lalu kemungkinan masih akan cukup sulit untuk bangkit. Pasalnya, daya beli masih cenderung belum pulih ditambah lagi dengan kasus Covid-19 yang kembali meningkat belakangan ini.

Meskipun begitu, jika berbicara untuk investasi dengan jangka waktu sangat panjang, menurut Chris beberapa saham perusahaan bluechip yang harga turun signifikan cukup menarik untuk diakumulasi. Emiten yang kinerjanya cenderung stabil dan menawarkan yield dividen yang besar menarik untuk diakumulasi secara bertahap.

Selanjutnya: IHSG berfluktuasi hari ini, simak proyeksinya untuk perdagangan Selasa (22/6)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×