kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saratoga Investama (SRTG) catat net asset value Rp 46,5 triliun di semester I 2021


Kamis, 29 Juli 2021 / 15:27 WIB
Saratoga Investama (SRTG) catat net asset value Rp 46,5 triliun di semester I 2021
ILUSTRASI. Presiden Direktur PT Saratoga Investama Sedaya Tbk Michael Soeryadjaya


Reporter: Vina Elvira | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mencatatkan net asset value (NAV) senilai Rp 46,5 triliun hingga semester I-2021. Nilai tersebut meningkat dibandingkan NAV di akhir tahun 2020 sebesar Rp 31,7 triliun.

Saratoga juga mampu membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 15,3 triliun pada semester I-2021. Di periode sama tahun lalu, SRTG masih menanggung rugi bersih senilai Rp 2,1 triliun.

Presiden Direktur Saratoga Michael Soeryadjaya menyebut, kinerja positif perusahaan-perusahaan portofolio investasi telah mendorong pertumbuhan nilai portofolio Saratoga. Tak hanya itu, kinerja perusahaan portofolio investasi tersebut juga diikuti dengan pembayaran dividen yang konsisten sehingga turut memperkuat fundamental Saratoga.

“Nilai saham yang meningkat dari perusahaan portofolio investasi telah menjadikan NAV Saratoga tumbuh positif di semester I-2021. Kami bersyukur bahwa perusahaan portofolio investasi Saratoga mampu menjaga pertumbuhan bisnisnya,” kata Michael dalam keterangan resminya, Kamis (29/7).

Baca Juga: Bakal buyback 110 juta saham, Provident Agro (PALM) siapkan dana Rp 54,28 miliar

Pencapaian NAV Saratoga di semester I-2021 terdorong oleh kinerja saham sejumlah perusahaan portofolio investasi yang meningkat, terutama dari PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), dan PT Provident Agro Tbk (PALM).

"Saratoga juga membukukan pendapatan dividen sebesar Rp 866 miliar pada semester I-2021. Angka itu meningkat 35,3% dari Rp 640 miliar pada periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pendapatan ini sebagian besar disumbangkan oleh PT Adaro Energy Tbk (ADRO), TBIG, dan MPMX," ujar Michael.

Michael menambahkan, Saratoga akan terus menjalankan strategi diversifikasi dalam berinvestasi dan disiplin dalam mengelola keuangan untuk menjaga keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang. Begitu pun dengan rasio utang dan biaya, yang diklaim Michael akan terus dikelola dan dijaga dilevel yang efisien.

Adapun, saat ini biaya-biaya operasional tahunan terhadap nilai aset bersih berada di posisi sebesar 0,4% dan loan to value sebesar 5,7%.

Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan menambahkan, pada semester I-2021 Saratoga terus mendorong sejumlah perusahaan portofolio investasi untuk mengembangkan bisnis ke daerah baru. Dia mencontohkan, Primaya Hospital di bawah PT Famon Awal Bros Sedaya telah membuka tiga rumah sakit baru sejak awal tahun.

Ketiga rumah sakit tersebut adalah Primaya Hospital Bhakti Wara di Pangkal Pinang-Bangka Belitung, Primaya Hospital Sukabumi di Jawa Barat dan Primaya Hospital Pasar Kemis di Tangerang-Banten.

“Peluncuran rumah sakit baru ini melengkapi aset operasional Primaya Hospital menjadi 12 unit pada semester I-2021. Ekspansi ini juga menjadi bentuk dukungan Saratoga terhadap upaya pemerintah dalam menyediakan layanan kesehatan terbaik di tengah situasi pandemi yang masih terjadi,” kata Devin.

Devin bilang, salah satu perusahaan portofolio investasi strategis Saratoga yaitu MDKA pun semakin memperkuat fundamental bisnis jangka panjangnya. Dia menyebut, tes pengeboran terbaru dari proyek tambang Tembaga Tujuh Bukit di Banyuwangi menghasilkan intercept yang signifikan dari tembaga dan emas.

Sebagaimana diketahui, MDKA telah merampungkan studi kelayakan proyek Acid, Iron, Metal (AIM) yang diproyeksikan memiliki net present value (NPV) sebesar Rp 5,8 triliun. Proyek AIM dioperasikan oleh Merdeka Tsingshan Indonesia (MDKA 80%, Tsingshan 20%) di Indonesia Morowali Industrial Park, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Di mana, konstruksi telah dimulai pada kuartal II-2021 dan direncanakan berproduksi pada kuartal II-2022.

Di tengah tingginya kebutuhan sektor logistik, Devin mengatakan, perusahaan portofolio investasi Saratoga di bisnis logistik, yaitu MGM Bosco Logistics sedang melakukan ekspansi tahap dua untuk fasilitas gudang pendingin di Bekasi. Fasilitas ekspansi tersebut rencananya mulai beroperasi pada kuartal IV-2021.

“Saratoga akan terus mendampingi seluruh perusahaan portofolio investasi agar mampu mengembangkan peluang bisnis baru dan meningkatkan value bisnisnya. Kami juga terbuka dengan peluang investasi baru, termasuk di sektor teknologi yang kini berkembang sangat cepat di Indonesia,” imbuhnya.

Selanjutnya: Dari Rugi Rp 2,1 Triliun, Saratoga (SRTG) Berhasil Meraup Laba Bersih Rp 15,3 Triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×