kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ROI industri DPLK sentuh 1,84% per Maret 2019


Selasa, 21 Mei 2019 / 16:50 WIB
ROI industri DPLK sentuh 1,84% per Maret 2019


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri dana pensiun masih melanjutkan tren positif dari kinerja investasi. Di tengah kelesuan pasar modal, return on investment (ROI) dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) masih meningkat dari capaian tahun lalu.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sampai Maret 2019, ROI DPLK berhasil menyentuh 1,84%. Capaian itu lebih tinggi dari realisasi periode yang sama di tahun lalu yaitu sebesar 1,75%.

Tapi peningkatan itu belum membuat pasar yakin. DPLK Syariah Muamalat memasang target ROI konservatif untuk tahun ini, yaitu 7,7%. Sementara sampai Kuartal I 2019, perusahaan mencatatkan ROI sebesar 2,91% yang diperoleh dari pertumbuhan dana kelola 14% menjadi Rp 1,47 triliun secara tahunan.

Direktur DPLK Muamalat Sulistyowati menyatakan para nasabah cenderung memilih instrumen investasi yang aman dan tahan terhadap volatil pasar modal. Misalnya, memilih instrumen investasi deposito dan surat berharga syariah negara (sukuk).

“Karena peruntukkannya untuk dana pensiun, maka nasabah memilih investasi yang aman. Apalagi ada himbauan dari OJK bahwa menjelang masuk usia pensiun, paling tidak selama 2-5 tahun untuk memilih investasi yang tidak berisiko,” kata Sulistyowati kepada Kontan.co.id, beberapa waktu lalu.

Hal ini terlihat dari penempatan investasi DPLK Syariah Muamalat masih didominasi deposito 57% dan disusul sukuk 36%, reksadana 6% dan saham 1%. Investasi ke saham sendiri terus menurun sejak dua tahun lalu. Padahal tahun 2017 porsi saham masih 5%, kemudian turun jadi 3% di 2018.

“Saat ini saham kami hanya 1%, karena peserta tidak ada yang pilih saham. Mereka memindahkan investasi saham ke sukuk atau deposito sehingga porsi saham terus turun,” ungkap Sulistyowati.

Ia memperkirakan porsi investasi ke saham tidak akan melebihi 2% sampai akhir tahun. Karena para peserta masih was-was terhadap pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×