kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Renuka Coalindo (SQMI) kini meninggalkan bisnis batubara


Jumat, 30 November 2018 / 17:23 WIB
Renuka Coalindo (SQMI) kini meninggalkan bisnis batubara
ILUSTRASI. Bongkar muat batu bara dari kapal ke truk


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Renuka Coalindo Tbk sudah meninggalkan bisnis batubara. Mulai tahun depan, perusahaan berkode saham SQMI itu akan beralih pada bisnis pertambangan mineral yang berfokus pada komoditas emas.

Direktur Renuka Coalindo Irwan Darmawan menargetkan produksi emas yang dikerjakan di Ciemas Gold Project, Jawa Barat itu bisa mulai beroperasi pada Juni 2019. Tambang tersebut memiliki cadangan sebesar 26 ton gold content dan ditargetkan bisa memproduksi 185.000 troy ounce per tahun. "Tahun depan hanya satu semester (produksi), jadi targetnya dapat setengahnya," ujar Irwan saat ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham di Jakarta, Jum'at (30/11).

Untuk menggarap produksi emas tersebut, Renuka menganggarkan capital expenditure (capex) senilai US$ 26 juta yang rencananya akan diperoleh dengan menerbitkan rights issue yang ditargetkan rampung pada Februari 2019 mendatang.

Capex itu akan dianggarkan untuk membangun infrastruktur produksi emas dengan kapsaitas 500 ton per hari. Sedangkan untuk pasar, Irwan menyebut bahwa pihaknya akan berfokus untuk menggarap pasar domestik.

Dengan terjun ke bidang usaha pertambangan emas ini, artinya Renuka telah mengalihkan komoditas dari yang sebelumnya bergerak di bidang produksi serta penjualan batubara. Dalam catatan Kontan.co.id, sejak tahun 2017 Renuka telah mengubah lini bisnisnya dari produsen menjadi trade batubara.

Namun, menurut Irwan, sejak kuartal pertama tahun ini, pihaknya pun telah berhenti untuk menjadi trader batubara. Sayang, Irwan enggan mengungkapkan detail alasan mengapa Renuka berhenti sama sekali di bisnis batubara.

Yang jelas, lanjut Irwan, pihaknya lebih memilih beralih ke pertambangan mineral dengan mempertimbangkan sejumlah alasan. Yakni karena komoditas iin dinilai lebih stabil, serta melihat lokasi tambang yang mudah dijangkau dan memiliki potensi yang bagus.

Irwan pun mengatakan bahwa pihaknya belum dapat menentukan apakah Renuka nantinya akan kembali pda usaha batubara atau tidak.

"Belum ada rencana untuk mengembangkan lagi batubara. Sementara fokus di emas. Lokasi tambang juga tidak jauh, konsentrasi mineral geologinya juga bagus, jadi harapannya bisa memberikan nilai tambah, itu yang kita lihat," jelasnya.

Adapun, untuk pendapatan perusahaan, Irwan menjelaskan bahwa saat ini Renuka hanya mengandalkan dari jasa Management Mining Support Service (MMSS) dengan memberikan jasa security application system, community development program, back office system dan catering delivery manage service.

Saat ini, Renuka sudah memiliki kontrak dengan salah satu perusahaan yang tidak bisa disebutkan. Yang jelas, Irwan bilang, dari kontrak yang berlangsung selama tiga tahun tersebut, pihaknya akan mendapatkan US$ 150.000

Sedangkan untuk target dan realisasi pendapatan tahun ini, Irwan tak menjelaskan secara gamblang. Hanya saja, targetnya tak jauh dari nilai kontrak, dan realisasinya masih di bawah itu. "Masih kecil di bawah US$ 100.000," katanya saat dikonfirmasi Kontan.co.id, Jumat (30/11).

Sebagai pemegang kontrak, saat ini Renuka pun mengelola MMSS dalam pembangunan facilities plant pengolahan emas di Ciemas Gold Project. Irwan menyebut, sekarang ada kurang lebih 200 orang dalam jasa MMSS Renuka, dan akan bertambah menjadi sekiatr 300 orang saat produksi emas tersebut mulai beroperasi di paruh kedua 2019 nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×