kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Punya prospek yang menarik tahun depan, intip rekomendasi saham SMGR berikut


Rabu, 27 Oktober 2021 / 08:20 WIB
Punya prospek yang menarik tahun depan, intip rekomendasi saham SMGR berikut


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) diperkirakan akan mencatatkan perlambatan kinerja pada kuartal ketiga 2021. Walau begitu, secara jangka panjang, emiten semen dinilai masih memiliki prospek yang menarik seiring potensi pulihnya penjualan semen pada tahun depan.

Analis NH Korindo Sekuritas Ajeng Kartika memperkirakan, SMGR berpotensi mencatkan perlambatan kinerja jika dibandingkan dengan kuartal ketiga 2020. Menurut dia, pengetatan PPKM Darurat pada Juli dan Agustus akan menjadi faktor utama.

“Pengetatan PPKM tersebut tentunya menciptakan kendala pada distribusi penjualan semen. Selain itu, pengerjaan proyek-proyek juga mengalami perlambatan yang berpotensi berdampak pada kinerja SMGR pada kuartal ketiga 2021,” kata Ajeng ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (26/10).

Baca Juga: Penjualan semen mulai pulih, simak rekomendasi saham SMGR berikut

Selain dari potensi perlambatan permintaan, Ajeng menyoroti kenaikan harga batubara berpotensi menjadi faktor lain yang bisa menghambat kinerja SMGR. Seperti yang diketahui, batubara merupakan salah satu komponen biaya produksi emiten semen seperti SMGR. 

Menurut Ajeng, kenaikan harga batubara bisa menaikkan biaya SMGR. Padahal di sisi lain pertumbuhan pendapatan SMGR masih belum terlalu pulih dibandingkan masa pra-covid-19. Hal tersebut pada akhirnya bisa berdampak pada berkurangnya perolehan margin. 

“Jika melihat perolehan margin SMGR pada semester pertama 2021 yang sudah turun menjadi 28,3% dari 30% pada semester pertama 2020, SMGR memang harus mampu mencari cara menjaga angka marginnya,” imbuh Ajeng.

Baca Juga: Harga tren naik, ini rekomendasi saham blue chip yang menarik dikoleksi

Sementara Kepala Riset Henan Putihrai Sekuritas Robertus Hardy dalam risetnya pada 13 September menuliskan, salah satu penopang kinerja SMGR adalah keberadaan Taiheiyo Cement Company (TCC) sebagai mitra strategis. Adapun, TCC telah mengakuisisi 15% kepemilikan anak perusahaan SMGR, yakni PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) melalui rights issue beberapa waktu lalu.

Robertus melihat, kemitraan strategis ini diharapkan dapat memperluas pasar SMGR di luar negeri, karena kemungkinan Taiheiyo untuk menyerap sebagian produksi semen dan klinker SMCB setelah aksi korporasi ini. Di satu sisi, rasio utang terhadap aset SMCB diproyeksikan juga akan turun menjadi 24% pada akhir tahun ini, dari 43% per Desember 2020.

Pada tahun ini, Robertus memproyeksikan SMGR bisa membukukan pendapatan Rp 36,14 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 2,82 triliun.

Baca Juga: Simak rekomendasi saham emiten semen di tengah sentimen kenaikan biaya produksi

Menyambut tahun depan, Ajeng melihat SMGR berpotensi memiliki prospek kinerja yang lebih baik. Hal ini dikarenakan penjualan semen yang akan naik seiring dengan pemerintah yang masih gencar melakukan pembangunan proyek baru. Selain itu, proyek-proyek yang sempat tertunda pada dua tahun ke belakang juga akan mulai dilanjutkan.

“Dimulainya kembali pengerjaan proyek ibu kota baru juga dapat menjadi sentimen positif bagi SMGR. Sebagai emiten BUMN, pengerjaan proyek pemerintah seperti ibu kota baru baru dapat menjadi dukungan kinerja bagi SMGR,” jelas Ajeng.

Sementara dari sisi risiko, Ajeng menyebut kondisi oversupply yang terjadi di pasar semen perlu menjadi perhatian. Lebih lanjut, ia masih merekomendasikan beli untuk saham SMGR dengan target harga Rp 12.275 per saham. Menurutnya, secara valuasi, saat ini SMGR diperdagangkan pada P/E 16.7x, masih lebih rendah dari rata-rata P/E 3 tahun sebesar 24.07x.

Sedangkan Robertus juga merekomendasikan untuk beli saham SMGR dengan target harga Rp 11.900 per saham. Adapun, saham SMGR hari ini, Selasa (26/10) melemah 2,33% ke Rp 8.375 per saham.

Baca Juga: Emiten Semen Diramal Bisa Kokoh Kendati Harga Batubara Mahal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×