kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyeksi ekonomi makro 2020 versi BI: Kurs rupiah Rp 13.900-Rp 14.300


Rabu, 12 Juni 2019 / 08:28 WIB
Proyeksi ekonomi makro 2020 versi BI: Kurs rupiah Rp 13.900-Rp 14.300


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah menetapkan sejumlah proyeksi untuk ekonomi makro tahun 2020. Hal ini dalam rangka proses penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020.

Dalam Rapat Kerja Pembahasan Pembicaraan Pendahuluan RAPBN 2020 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2020 di Badan Anggaran DPR, Selasa (11/6), Gubernur BI Perry Warjiyo memaparkan proyeksi ekonomi makro tahun 2020 pasca mempertimbangkan sejumlah dinamika global maupun domestik yang terjadi sepanjang tahun ini.

Perry mengatakan, upaya mendorong pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 akan lebih banyak mengandalkan ekonomi domestik, baik konsumsi maupun investasi. Namun, ini juga seraya mengutamakan stabilitas di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Untuk tahun ini, BI memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah dari titik tengah kisaran 5%-5,4%. Ini berkaca dari pertumbuhan pada kuartal I-2019 yang hanya 5,07% lantaran tertekannya kinerja ekspor, serta investasi swasta yang belum meningkat secara cepat.

Adapun, Perry mengatakan, BI lebih optimistis untuk tahun 2020. BI memperkirakan, ekonomi nasional akan kembali membaik dan mampu tumbuh di kisaran 5,1%-5,5% pada tahun depan.

“Prospek ini ditopang oleh permintaan domestik yang meningkat, kinerja sektor eksternal yang mulai membaik, dan dari sisi permintaan domestik konsumsi diperkirakan tumbuh tetap tinggi dan investasi diperkirakan akan tumbuh meningkat,” kata Perry.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan stabil di kisaran 5%-5,4%. Konsumsi pemerintah tumbuh 3,7%-4,1%. Investasi tumbuh lebih tinggi dalam rentang 5,7-6,1%, disertai dengan kinerja ekspor yang jauh lebih baik pada level 4,4%-4,8%. Sementara, pertumbuhan impor diperkirakan dalam kisaran 3,1%-3,5%.

Hingga 10 Juni lalu, BI mencatat kurs rupiah sebesar Rp 14.250 per dollar Amerika Serikat (AS) atau menguat 0,91% dibandingkan posisi pada akhir 2018 yaitu Rp 14.380. Sementara, rerata nilai tukar rupiah tahun ini mencapai Rp 14.187 atau menguat 0,41% dibandingkan rerata tahun lalu sebesar Rp 14.246 per dollar AS. Tahun 2019, BI memperkirakan rata-rata nilai tukar berada pada kisaran Rp 14.000-Rp 14.400 per dollar AS.

Perry optimistis nilai tukar rupiah akan stabil dan menguat di tahun 2020 seiring dengan berkurangnya defisit neraca transaksi berjalan dan neraca pembayaran yang mencatat surplus lebih besar. “Kami memperkirakan bahwa rata-rata nilai tukar rupiah pada tahun 2020 akan berada pada kisaran Rp 13.900 sampai dengan Rp 14.300 dollar AS,” tuturnya.

Perbaikan nilai tukar menurutnya ditopang oleh pendalaman pasar keuangan yang dapat terus menjaga stabilitas kurs maupun meningkatkan efisiensi di pasar valas domestik.

Terkendalinya nilai tukar kemudian diharapkan dapat menopang inflasi terjaga pada laju yang tetap rendah. BI memproyeksi, inflasi tahun 2020 tetap rendah pada kisaran sasaran yaitu 2%-4% plus minus 1%, lebih rendah dari sasaran inflasi tahun ini yaitu 2,5%-4,5%.

Penurunan inflasi tersebut, menurut Perry, dipengaruhi oleh inflasi inti yang terkendali sejalan dengan memadainya kapasitas produksi domestik dalam memenuhi kenaikan permintaan distribusi barang dan jasa juga semakin membaik. Ini juga sejalan dengan ketersediaan infrastruktur yang kemudian berdampak positif pada penurunan biaya transportasi dan akhirnya inflasi.

Dengan berbagai gambaran tersebut, BI mengaku optimistis prospek ekonomi 2020 akan lebih baik seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, ketahanan eksternal yang terjaga, nilai tukar yang terkendali dan inflasi yang rendah.

“Untuk ke depan BI akan secara konsisten mengoptimalkan bauran kebijakan sehingga tidak hanya mampu menjaga stabilitas tapi juga mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×