kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perang dagang berpeluang memperlebar ekspor Integra Indocabinet (WOOD)


Jumat, 21 Desember 2018 / 00:06 WIB
Perang dagang berpeluang memperlebar ekspor Integra Indocabinet (WOOD)
ILUSTRASI. PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD)


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang Amerika Serikat (AS) - China tampaknya menguatkan posisi produsen mebel kayu, PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) yang sebagian besar penjualan berasal dari ekspor.

Kenaikan tarif impor yang diterapkan kedua negara, khususnya AS menjadi peluang bagi WOOD untuk memperlebar porsi ekspornya ke negeri Paman Sam tersebut.

Wang Sutrisno, Direktur Keuangan PT WOOD mengatakan saat ini cukup banyak order dari AS yang diterima perseroan, baik produk mebel maupun kayu.

Adapun perseroan memperkirakan porsi penjualan ke AS terhadap ekspor tahun ini mencapai 50%. "Tahun depan kami proyeksikan (AS) 60% dari ekspor," sebut Wang kepada Kontan.co.id, Kamis (20/12).

Sementara itu sampai kuartal-III 2018, porsi ekspor mencapai 68% dari total pendapatan perusahaan, atau mencapai Rp 924 miliar.

Jumlah tersebut naik sekitar 4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Rp 889 miliar. Sementara pendapatan WOOD tumbuh 7,8% year on year menjadi Rp 1,37 triliun.

Selain pasar luar negeri, WOOD juga tetap mengupayakan suplai permintaan di ranah domestik. Masuk tahun politik di 2019, Wang mengatakan perseroan tetap optimis lantaran order di segmen ini masih tetap berjalan seperti biasa.

Sedangkan perkara kurs, dengan kenaikan dolar AS sebenarnya WOOD diuntungkan karena dominan mengekspor. Namun kata Wang, sebagai pelaku usaha, perseroan sangat berharap agar kurs dapat lebih stabil.

"Sebab kalau fluktuasi seperti ini tentu menyusahkan untuk memprediksi (bisnis) ke depan," ujarnya. Namun demikian, dengan level kurs dolar AS terhadap rupiah saat ini bagi WOOD memang tercatat tinggi dibandingkan tahun lalu.

Persoalan perhatian pemerintah di Industri ini menjadi concern perusahaan, kata Wang dengan gejolak perang dagang sekarang bukan tidak mungkin ada relokasi atau investasi baru dari sektor mebel yang masuk ke Indonesia.

Hanya saja, tampaknya bagi investor mebel luar negeri Indonesia masih kurang menarik dibandingkan negara seperti Vietnam.

"Di Vietnam itu industrinya diberikan insentif dari pemerintahnya," kata Wang. Hal seperti ini, menurutnya belum dijajaki pemerintah, sehingga potensi bahan baku mebel yang melimpah di domestik masih belum 100% diolah dengan baik.

Meski demikian WOOD tetap berupaya menambah investasi dengan segera menyelesaikan pembangunan pabrik furnitur baru di Sidoarjo pada akhir kuartal I 2019. Pengerjaan pabrik tersebut sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun ini yang memakan dana sekitar Rp 150 miliar.

Kehadiran pabrik baru ini diharapkan dapat menambah kapasitas produksi furnitur kayu yang dikombinasikan dengan rotan serta 100% berorientasi ekspor. Tahun 2019 WOOD memang fokus pada optimalisasi tingkat utilitas mesin guna menampung kenaikan permintaan produk dari AS akibat efek perang dagang dengan China.

Selain itu, WOOD juga berencana menambah fasilitas produksi untuk pembuatan produk baru, seperti tirai kayu atau wooden window blind hingga furnitur kayu dengan kombinasi metal.

Manajemen WOOD sebenarnya masih melakukan perhitungan jumlah dana belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk keperluan ekspansi di tahun depan. Namun, secara kasar capex WOOD di tahun 2019 mencapai kisaran Rp 250 miliar — Rp 300 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×