kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penguatan ekonomi AS turut memicu pelemahan rupiah


Jumat, 05 Oktober 2018 / 16:29 WIB
Penguatan ekonomi AS turut memicu pelemahan rupiah
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah makin tak berdaya. Per hari ini Jumat (5/10) nilai tukar rupiah di pasar spot tercatat Rp 15.183 per dollar Amerika Serikat (AS). Sementara berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah ada di level Rp 15.182 per dollar AS. 

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan pelemahan rupiah saat ini dipicu oleh naiknya yield obligasi Amerika Serikat (AS). Yield obligasi AS bertenor 10 tahun menyentuh level tertinggi sejak 2011, menembus angka 3,23%.

Selain itu, Perry menjelaskan kondisi lapangan kerja di AS tumbuh lebih tinggi dari yang diperkirakan. Periode September 2018 versi Automatic Data Processing (ADP) lapangan kerja sektor non-pertanian sebesar 230.000 orang, mengalahkan konsensus yang hanya 185.000 orang.

"Ini menunjukkan ekonomi Amerika yang menguat. Dan karena itu investor global lebih prefer ke sana," jelas Perry di kompleks Gedung BI, Kamis (5/10).

Selain itu, Perry bilang perang dagang AS dan China yang terus berlangsung juga memicu pelemahan rupiah. Dapat disimpulkan, rupiah terus tak berdaya karena faktor eksternal.

Menghadapi pelemahan rupiah, BI terus memantau pergerakan pasar. Menurut Perry, pihaknya terus melakukan komunikasi dengan sektor riil dan perbankan serta importir, eksportir dan investor untuk menjaga supply dan demand supaya stabil.

Beberapa usaha yang sudah dilakukan BI untuk menghadapi loyonya rupiah meliputi menaikkan suku bunga bank ke level 5,75%, intervensi ke pasar keuangan lewat SBI, memberlakukan wajib hedging untuk perusahaan dan menghidupkan kembali transaksi swap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×