kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemilihan aset kripto dinilai harus utamakan nilai use & case ketimbang unsur tematik


Selasa, 18 Mei 2021 / 20:33 WIB
Pemilihan aset kripto dinilai harus utamakan nilai use & case ketimbang unsur tematik
ILUSTRASI. Beberapa aset kripto juga datang dengan membawa tema tertentu.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aset kripto hadir tak hanya sebatas mengusung nilai kegunaan dan teknologi. Namun, beberapa aset kripto juga datang dengan membawa tema tertentu. Jika merujuk Coinmarketcap.com, terdapat beberapa kategori tema, mulai dari energi terbarukan, berbasis emas, olahraga, bahkan meme sekalipun ada.

Kendati demikian, tema sebuah aset kripto justru dipandang tidak punya peran signifikan. Para pengamat meyakini, pemilihan aset kripto harus berdasarkan nilai use and case, ketimbang tema yang diusung. 

Terkait permasalahan tema suatu aset kripto, pengamat dan investor aset kripto Vinsensius Sitepu menyebut awal lahirnya Blockchain Bitcoin dengan uang elektroniknya BTC juga berawal dari ide sang perancang, Satoshi Nakamoto, bahwa energi listrik adalah mata uang sosial yang berasal dari sumber alam, seperti batubara, angin dan air. Sehingga, aset kripto bertemakan energi merupakan hal yang baru.

“Masalah muncul ketika menambang Bitcoin ternyata mempunyai effort dan modal yang terus membesar, di satu sisi sumber energi terbarukan belum banyak. Jadi, blockchain-aset kripto selain Bitcoin, bagi perancang dan pengembanganya, tentu saja dianggap jauh lebih menarik karena tidak haus energi,” kata Vinsensius kepada Kontan.co.id, Selasa (18/5).

Baca Juga: Setelah terpuruk ke level terendah, harga Bitcoin mencoba bangkit

Persoalan ini juga sempat disinggung oleh Elon Musk dengan menyatakan Tesla memberhentikan pembelian unitnya menggunakan Bitcoin seiring proses penambangan Bitcoin yang dianggap tidak ramah lingkungan. 

Lebih lanjut, Vinsensius menyebut, dalam menentukan aset kripto, ketimbang unsur tematik, investor sebaiknya mempertimbangkan nilai kegunaan dan teknologi dari sebuah aset. Dalam hal ini, sekalipun Bitcoin lebih tidak ramah lingkungan, tapi nilai kegunaannya tetaplah yang nomor satu.

Namun, aset kripto seperti Cardano (ADA) dan Tron justru diklaim menerapkan prinsip go-green. Vinsensius tak menampik hal tersebut, tapi, tetap saja nilai aset kripto pada akhirnya ditentukan oleh nilai kegunaan dan teknologinya. 

“Cardano memang menarik, karena blockchainnya dari segi kecepatan dan kemampuan menangani jumlah transaksi, jauh lebih unggul daripada blockchain Ethereum. Hanya saja, Cardano sejauh ini belum punya fitur smart contract, layaknya Ethereum maupun Bitcoin,” imbuh Vinsensius.

Baca Juga: Bitcoin, ethereum, degocoin, merosot, uang kripto ini tetap naik pekan II Mei 2021




TERBARU

[X]
×