kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Obligasi hijau


Jumat, 20 Juli 2018 / 11:01 WIB
 Obligasi hijau


Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Tri Adi

Di jagad obligasi dunia, popularitas green bond kian merekah. Sejak pertama kali diterbitkan, semester kedua 2008, obligasi hijau selalu memperbaru rekor penerbitan tertingginya setiap tahun. Climate Bond Initiative, semacam kelompok kerja yang mempelopori penerbitan green bond pun optimistis nilai emisi akan mencapai US 1 triliun di tahun 2020.

Jika melihat selera pasar terhadap obligasi hijau, proyeksi itu sangat mungkin dicapai. Pertama kali diterbitkan oleh Bank Dunia, obligasi jenis ini kini diterbitkan banyak lembaga dan pemerintah negara.

Pemerintah Indonesia tidak ketinggalan dalam rombongan pencari dana melalui obligasi yang sedang naik daun itu. Februari tahun ini, Pemerintah Indonesia menawarkan green bond berbasis syariah dalam dua tenor sekaligus. Green sukuk global berjangka lima tahun disertai dengan kupon sebesar 3,75%. Lalu, green sukuk dengan tenor 10 tahun menawarkan imbal hasil 4,4%.

Hasilnya? Memuaskan jika merujuk ke nilai permintaan yang 2,4 kali lipat lebih tinggi daripada penawaran. Dana yang dikantongi Indonesia mencapai U$ 3 miliar. Rinciannya US$ 1,25 miliar dari sukuk hijau berjangka 5 tahun dan US$ 1,75 miliar dari green sukuk 10 tahun.

Dana dari hasil penerbitan green sukuk itu dialokasikan untuk membiayai pembangunan berbagai proyek infrastruktur yang terkait dengan perbaikan lingkungan. Proyek yang sempat disebut akan menikmati dana green sukuk bond Indonesia adalah proyek pengendalian banjir, pengelolaan drainase perkotaan. Lalu, proyek pengelolaan prasarana dan fasilitas pendukung kereta api.

Pemerintah Indonesia menjamin tidak ada dana yang digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur berbasis bahan bakar fosil. Tidak ada juga dana yang dipakai untuk membiayai proyek yang akan merusak gambut. Namun dalam catatan Reuters, Pemerintah Indonesia mengakui beberapa proyek, yang dibiayai dana green sukuk, mungkin mencakup aspek deforestasi.

Memang, Indonesia bukan satu-satunya penerbit green bond yang tidak saklek menggunakan dana perolehan surat utang hijau itu untuk perbaikan lingkungan. Dan, penggunaan dana hasil penerbitan green bond yang fleksibel itu yang masih menjadi sorotan para pegiat lingkungan hidup.

Namun fleksibilitas itu yang sepertinya membuat pasar obligasi hijau semarak. Ini seakan menegaskan kalau investor, pertimbangan utamanya, ya uang semata.•

Thomas Hadiwinata

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×