kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

MNC Sky ingin menjaring 3 juta pelanggan


Rabu, 21 Januari 2015 / 12:05 WIB
MNC Sky ingin menjaring 3 juta pelanggan
ILUSTRASI. Fitch Ratings memangkas peringkat utang Amerika Serikat (AS) dari AAA menjadi AA+.


Reporter: Merlinda Riska | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Meski persaingan memperebutkan ceruk pasar televisi (TV) berbayar makin ketat, PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) tetap optimistis terhadap prospek bisnis ini. Perusahaan milik Hary Tanoesoedibjo ini berani membidik target hingga tiga juta pelanggan sepanjang tahun ini.

Rudy Tanoesoedibjo, Presiden Direktur MNC Sky Vision menuturkan, penetrasi pelanggan televisi berbayar masih kecil di Indonesia. Berdasar riset Cable and Satellite Broadcasting Association of Asia (CASBAA) dan Media Partner Asia (MPA), setelah sepuluh tahun lebih industri ini ada, penetrasinya baru 5% dari 64 juta televisi yang terpasang di rumah penduduk (households) di Indonesia.

Faktor inilah yang membuat MSKY optimistis. "Kami menargetkan jumlah pelanggan tahun ini bisa bertambah 300.000 pelanggan sampai 350.000 pelanggan," kata Rudy, Selasa (20/1). 
Tahun lalu, MNC Sky Vision lewat Indovision, Oke Vision dan Top TV menargetkan bisa meraih 2,7 juta pelanggan sampai 2,8 juta pelanggan. 

Namun, Rudy enggan menyebut berapa target pendapatan dan laba perusahaan tahun ini. Yang jelas, Dia hanya bilang, dengan memiliki jumlah pelanggan sebesar itu sudah cukup bagi MSKY tetap menjadi penguasa pasar TV berbayar. "Pangsa pasar kami nomor satu, kami yakin tahun depan juga bisa di posisi pertama dengan pangsa pasar sebesar 75%," terangnya.

Berdasar data CASBAA, pada kuartal III-2014 jumlah pelanggan TV berbayar mencapai 4,6 juta pelanggan. Namun, hanya 63% atau 2,9 juta pelanggan yang mau secara kontinyu membayar  (berlangganan). Sisanya, kadang membayar kadang tidak.

Makanya, pendapatan rata-rata per pelanggan atau average revenue per user (ARPU) terus turun. Pada 2005, MPA mencatat ARPU industri ini mencapai US$ 18,5. Sementara, tahun 2014 lalu malah anjlok jadi US$ 8,6. Untuk MSKY, Rudy bilang bahwa ARPU sekitar Rp 100.000.

Salah satu cara MSKY mendongkrak pelanggan adalah memperkuat konten produksi sendiri alias in house production. Rudy bilang, saat ini pihaknya telah memiliki 20  saluran eksklusif produksi sendiri. "Sambutan masyarakat cukup baik, 20 channel in house kami selalu berada di posisi teratas," klaimnya.

Nah, supaya pasar TV berbayar terus tumbuh, Rudy berharap pemerintah bisa menertibkan izin bagi operator  TV berbayar yang belum beroperasi. Berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sampai Desember 2014 ada 316 izin TV berbayar yang diberikan pemerintah. "Banyak pemain membuat bisnis ini jadi tidak ideal," ucapnya.

Lebih lanjut, Rudy meminta pemerintah untuk mencabut izin operator TV berbayar yang belum beroperasi. Pasalnya, dari total 316 operator televisi berbayar yang memiliki izin, baru 91 institusi yang punya izin permanen namun mayoritas masih berstatus rencana beroperasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×