Berita Bisnis

Menakar prospek kinerja Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) di tengah sentimen rupiah

Jumat, 09 November 2018 | 11:42 WIB
Menakar prospek kinerja Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) di tengah sentimen rupiah

ILUSTRASI. Mi instan Pop Mie

Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Raksasa pabrikan mi instan dari Indonesia, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, masih sukses dan makmur. Hal tersebut tecermin pada catatan keuangan emiten saham ini sampai dengan kuartal III-2018.

Hingga akhir September 2018, pendapatan emiten berkode ICBP itu naik 7% menjadi Rp 29,47 triliun dibandingkan periode sama tahun 2017. Kenaikan pendapatan ini menopang laba bersih anak usaha PT Indofood TBk itu yang meningkat 14,57% menjadi Rp 3,48 triliun (lihat tabel).
 
Natalia Susanto, analis Danareksa Sekuritas mengatakan, kinerja ICBP tahun ini tergolong solid, kendati nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar AS. Keperkasaan kinerja ICBP masih ditopang oleh segmen bisnis mi instan dan segmen produk susu.
 
Kuartal III-2018, lini mi instan tumbuh 9,6%, tertinggi dibanding segmen bisnis lainnya. Sementara segmen produk susu tumbuh 9,4% di kuartal III-2018 berada di tempat kedua.
 
Natalia menambahkan, kinerja ICBP mulai membaik berkat kombinasi pemulihan daya beli dan perbaikan di sisi penjualan. "Usaha perusahaan ini melakukan penetrasi lebih dalam di area distribusi memberi hasil positif," tulis dia dalam riset 7 November 2018.
 
Analis BNI Sekuritas William Siregar menambahkan, sebagai pemimpin di industri makanan dan minuman, khususnya pasar mi instan dan susu, potensi bisnis ICBP memang masih atraktif. "Kami percaya, ICBP memiliki potensi melanjutkan pertumbuhan kinerjanya di industri konsumer. Compound annual growth rate (CAGR) dalam lima tahun sebesar 5,85% dan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional," kata William, Kamis (8/11).
 
 
 
Rupiah dan bahan baku
 
 
 
Namun, ICBP wajib waspada. Sebab, kata Natalia, dampak pelemahan rupiah dan biaya kemasan yang tinggi akibat kenaikan harga minyak mentah, bisa mempengaruhi profitabilitasnya.
 
Sementara William mengkhawatirkan potensi kenaikan harga bahan baku produksi yang akan dihadapi ICBP. Jika hal tersebut terjadi, margin keuntungan ICBP akan menipis. Apalagi, potensi kenaikan harga bahan baku itu terjadi bersamaan dengan nilai tukar rupiah yang masih lemah.
 
Di sisi lain, persaingan amat ketat masih mewarnai industri makanan dan minuman. Utamanya di pasar mi instan. Maklum, belakangan ini serbuan mi instan dari luar negeri yang menawarkan aneka rasa, mulai mendapat tempat di pasar lokal.
 
Situasi ini mengharuskan ICBP berusaha keras untuk mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar mi instan. "Indonesia masih menjadi target mudah bagi perusahaan fast moving consumer goods (FMCG) global untuk memperluas pasar penjualan mereka," tambah William.
 
Meski begitu, William optimistis, bisnis ICBP masih solid. Tahun ini, ia memproyeksikan, ICBP mencatatkan pertumbuhan pendapatan 7,67% menjadi Rp 38 triliun, dengan laba bersih naik menjadi Rp 4 triliun. Oleh karena itu, dia merekomendasikan hold ICBP dengan target harga Rp 9.500 per saham.
 
Sementara Natalia merokendasikan beli ICBP dengan target harga Rp 10.100 per saham. Adrian Joezer, Analis Mandiri Sekuritas, juga merekomendasikan beli ICBP dengan target harga Rp 10.550 per saham.

Ini Artikel Spesial

Agar bisa lanjut membaca sampai tuntas artikel ini, pastikan Anda sudah berlangganan atau membeli artikel ini.

Sudah berlangganan? Masuk

Berlangganan

Berlangganan Hanya dengan 20rb/bulan Anda bisa mendapatkan berita serta analisis ekonomi, bisnis, dan investasi pilihan

Rp 20.000

Kontan Digital Premium Access

Business Insight, Epaper Harian + Tabloid, Arsip Epaper 30 Hari

Rp 120.000

Berlangganan dengan Google

Gratis uji coba 7 hari pertama. Anda dapat menggunakan akun Google sebagai metode pembayaran.

Terbaru